Kamis, 23 Januari 2020

Hipospadia (part 1)


Sejak pertama hari kelahiran mas A, perawat sudah memberitahu kepada kami bahwa lubang pipis mas A tidak pada tempatnya selayaknya bayi normal lainnya. Pada saat dokter anaknya visit, kami diberitahu bahwa putra pertama kami mengalami hipospadia. Kami diberi rujukan ke dokter Urologi untuk diobservasi lanjut.

Apa itu hipospadia?

Hipospadia adalah suatu kelainan di mana letak lubang kencing pada bayi laki-laki tidak normal. Kondisi ini merupakan kelainan bawaan sejak lahir.

Bagaimana proses pengobatan hipospadia menggunakan BPJS?
Alhamdulillah mas A hipospadia nya tergolong hipospadia distal, kondisi dimana lubang pipis masih berada di kepala penis. Setelah mendapat rujukan ke dokter Urologi terdekat, saran dari dokter tidak perlu rekonstruksi penis karena masih tergolong hipospada distal. Saat mas A berusia 3 tahun, lubang pipis nya masih tetap kecil sehingga proses pengeluaran pipis nya pun jadi lama. Sehingga kami konsultasikan kembali ke dokter anak di RS yang berbeda, DSA tersebut akhirnya memberikan rujukan langsung ke dokter Urologi RSUD Dr Soetomo, karena disana peralatan nya lengkap dan dokter nya mempunyai jam terbang tinggi dalam kasus tersebut.

Dengan adanya peraturan baru BPJS tentang rujukan berjenjang, untuk berobat ke RSUD Dr Soetomo kami harus mendatangi faskes pertama untuk diberikan rujukan ke Faskes tipe C, kemudian dari RS tersebut diberikan rujukan lagi ke RSUD Dr Soetomo. Karena RSUD Dr Soetomo merupakan rumah sakit rujukan dari seluruh RS di Jawa Timur dan Indonesia Timur, sehingga antrian untuk operasi rekonstruksi pun lama.

Proses awal pengobatan di RSUD Dr Soetomo, kami mendaftar sebagai pasien disana dan mengurus loket JKN di lobi. Setelah dapat kartu JKN kami menuju Dokter Anak (sesuai rekomendasi di surat rujukan). Saat di Dokter Anak, mas A diperiksa riwayat kesehatan serta kondisi penis nya. Setelah itu kami diberikan rujukan ke dokter Urologi. Saat di dokter Urologi, kami dirujuk ke poli IIU untuk dijadwalkan konsultasi lanjutan. Sebelum ke poli IIU, mas A menjalani serangkaian tes diantaranya tes urin, tes darah dan tes rontgent. Hasil tes - tes tersebut dibawa saat konsultasi lanjutan di Poli IIU.

Hari berikutnya kami datang ke RS untuk konsultasi lanjutan dengan dokter Urologi yang sudah senior dengan didampingi Dokter yang sedang PPDS. Saat konsultasi lanjutan kami diberitahu secara detail jenis hipospadia mas A, efek pasca operasi dan tingkat keberhasilan operasi. Kami menggunakan BPJS tingkat 3. Kami diminta untuk menunggu telepon dan konfirmasi dari dokter untuk jadwal operasi. Sehingga kami diminta meninggalkan no hp yang aktif dan harus stand by saat ada telpon dari pihak RS. Mengingat bahwa RSUD Dr Soetomo merupakan RS rujukan dari seluruh RS di Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Satu minggu setelah konsultasi, kami ditelpon dari pihak RS untuk siap - siap untuk operasi dan tunggu kepastian dari dokter untuk jadwal operasinya. Kami ditelpon hari kamis, kami konfirm ulang berkali - kali ke RS hingga akhirnya hari Senin tiba - tiba dokter memberitahukan bahwa operasi diundur karena ada operasi yang lebih urgent dan kamar penuh. Hampir setiap bulan kami konfirm ulang ke RS dan tidak ada kepastian. Hingga akhirnya kami menunggu 5 bulan dan belum juga ada konfirmasi.

Guru mas A disekolah merekomendasikan untuk pindah RS ke RSAL Dr Ramelan, disana alat penunjang operasi nya jg lengkap. Akhirnya kami memutuskan untuk pidah RS.

Kami mengurus dari awal lagi proses adminitrasi rujukan. Mendatangi Faskes pertama untuk diberi rujukan ke RS tipe C, kemudian meminta rujukan lanjutan ke RSAL Dr Ramelan. Setelah proses panjang, alhamdulillah kami dapat surat rujukannya.

Proses pertama saat berobat di RSAL Dr Ramelan, kami mendaftar sebagai pasien baru. Setelah itu dapat form JKN untuk dibawa ke dokter Urologi. Saat di Dokter Urologi, kami diberitahu proses operasi, efeknya dan lama tunggu jadwal operasi.Selain itu mas A juga menjalani serangkaian tes dari awal lagi yaitu tes darah dan tes rontgent.

Esoknya kami datang kembali ke RS untuk mengambil hasil lab dan menyerahkannya ke Poli Urologi. Kami juga meninggalkan no hp yang aktif untuk dihubungi jadwal operasinya.

Seminggu kemudian, hari jum'at kami ditelpon dari Poli Urologi untuk datang ke RS mengambil pengantar operasi dan alhamdulillah mas A dijadwalkan operasi hari senin. Perasaan kami sebagai orang tua sangat senang dan lega, akhirnya dapat juga jadwal operasi setelah proses panjang. Tak hentinya kami mengucap alhamdulillah kepada Allah karena memudahkan proses ini.

Minggu kami sudah mulai mengurus adminitrasi untuk rawat inap dan mas A mulai rawat inap untuk persiapan operasi. Saat tidur mas A diminta untuk puasa dan jam 7 pagi, mas A mulai dipasang infus. Jam 8 mas A sudah masuk kamar operasi. Jam 11, saya dipanggil dokter untuk menemani mas A dalam kondisi masa transisi sadar dari obat biusnya. Alhamdulillah mas A nggak mengalami tremor ataupun berontak. Setelah sadar penuh, mas A kembali ke ruang rawat inap. Mas A masih harus puasa makan. Karena dari semalam puasa, mas A mulai kelaparan, akhirnya kami coba beri makanan ringan dan minum air putih sedikit - sedikit agar tidak mual. Pengaruh obat bius nya belum habis benar, sehingga hari itu juga masih banyak dihabiskan untuk tidur.

Proses perawatan selama rawat inap pasca operasi, dokter rutin mengecek setiap hari kondisi mas A. Alhamdulillah selama proses penyembuhan mas A makan dan minum nya banyak serta kondisi perban kering, sehingga 4 hari setelah operasi tepatnya hari Kamis, mas A sudah boleh pulang.

Apa saja perawatan pasca operasi hipospadia?
Selama proses penyembuhan pasca operasi, mas A lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi protein dan porsi minumnya lebih banyak. Selama 14 hari pasca operasi pipis mas A menggunakan kateter. Hal tersebut berfungsi agar jalan pipis yang baru benar - benar sembuh lukanya dan sebagai observasi proses pipisnya. Hari minggu kateternya tersumbat karena lubang kateter yang kecil dan volume pipis yang banyak, serta kotoran halus pasca operasi yang menyumbat di kandung kemih membuat kateter macet. 3 jam kondisi kateter belum lancar akhirnya kami bawa mas A ke IGD. Akhirnya kami di training dokter untuk inject kateternya. Alhamdulillah setiap kateter nya menyumbat, setelah di inject, saluran pipisnya lancar kembali.

Senin kami kontrol kembali ke RS, selama di rumah mas A tidak banyak aktivitas, kegiatannya berpusat di kamar tidur. Selama perjalanan dan harus pindah - pindah tempat untuk mengurus proses administrasi, mengakibatkan mas A pendarahan ringan. Dokter meresepkan obat untuk mengurangi pendarahan. Alhamdulillah malamnya pipinya mas A normal kembali.

Surat Rujukan dari BPJS hanya berlaku untuk 1 kali kontrol pasca operasi. Sehingga untuk kontrol selanjutnya kami diminta mengurus surat rujukan baru lagi. Dan itu artinya kami meminta rujukan dari faskes 1 lanjut ke RS faskes lanjutan lanjut lagi ke RSAL Dr Ramelan. Fiuhhhh...

Seminggu kemudian kami kontrol kembali untuk lepas kateter. Kami hanya perlu kembali kontrol jika ada keluhan saja. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada keluhan. Operasi pertama hipospadia ini hasilnya alhamdulillah lubang pipisnya mas A sudah besar (selayak normalnya anak laki - laki lainnya) serta ereksinya juga normal.

Alhamdulillah..alhamdulillah..alhamdulillah..

6 bulan lagi kami reservasi untuk operasi lanjutan yaitu memindahkan posisi lubang penis ke tempatnya (lubang yang normal). Kami selalu berdoa, semoga Allah melancarkan semua ikhtiar kami dalam selama proses penyembuhan hipospadia ini.

Alhamdulillah semua pengobatan hipospadia ini full cover BPJS.

Terima kasih seluruh tim RSAL Dr Ramelan yang ramah dan banyak membantu menjaga mas A selama proses rawat inap. Serta saudara dan kawan yang senantiasa mendoakan kesembuhan mas A.