Jumat, 24 April 2015

Lapis - Lapis Keberkahan by Salim A. Fillah

Memburu berkah amatlah berat, tapi justru di dalamnya lah ada banyak rasa nikmat.
Bahagia adalah kata paling menyihir dalam hidup manusia. Jiwa merinduinya. Akal mengharapinya. Raga mengejarnya. Tapi kebahagiaan adalah goda yang tega. Ia bayangkan yang melipir jika difikir, lari jika dicari, tak tentu jika diburu, melesat jika ditangkap, menghilang jika dihadang. Di nanar matayang tak menjmpa bahagia; insan lain tampak lebih cerah. Di denging telinga yang tak menyimak bahagial insan lain terdengan lebih ceria. Di gerisik hati yang tak merasa bahagia; insan lain berkilau cahaya.

Buku ini disusun dengan keinsyafan kecil; bahwa jika bahagia dijadikan tujuan, kita akan luput menikmatinya sepanjang perjalanan. Bahwa jika bahagia dijadikan cita, kita akan kehilangan ia sebagai rasa. Bahkan jika bahagia dijadikan tugas jiwa, kita akan melalaikan kewajiban sebagai hamba. Bahwa jika bahagia dijadikan tema besar kehidupan, kita bisa kehilangan ia sebagai kematian.

Bahagia adalah kata yang tak cukup untuk mewakili segenap kebaikan. Makan buku ini dibari tajuk "Lapis - lapis keberkahan". Hidup kita umpama buah beraneka aroma, bentuk, warna serta rasa; yang diiris-iris dan ditumpuk berlapis-lapis. Tiap irisan itu, punya wangi maupun anyirnya, lebut atau kasarnya, manis serta pahitnya, masam juga asinnya. Tapi kepastian dari-Nya dalam segala yang terindra itu ialah; ada gizi yang bermanfaat bagi ruh, akal dan jasad kita.

Ia Lapis-lapis keberkahan. Mungkin bukan nikmat atau musibah, tapi syukur dan sabarnya. Bukan kaya atau miskinnya, tapi shadaqah dan doanya. Bukan sakit atau sehatnya, tapi dzikir dan tafakkurnya. Bukan sedikit atau banyaknya, tapi rida dan qana'ahnya. Bukan tinggi atau rendahnya, tapi tazkiyah dan tawadhu'nya. Bukan kuat atau lemahnya, tapi adab dan akhlaqnya. Bukan sempit atau lapangnya, tapi zuhud atau wara'nya. Bukan sukar atau mudahnya, tapi amal dan jihadnya. Bukan berat atau ringannya, tapi ikhlas dan tawakkalnya.

Salah satu kisah favorit saya. ~

Cicak di dinding dan keyakinan penuh~

Barang siapa memperbagus hal-hal tersembunyinya, niscaya Allah jelitakan apa yang tampak dari dirinya. Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Allah baikkan hubungannya dengan sesama. Barang siapa disibukkan oleh urusan agamanya, maka Allah yang kan mencukupinya dalam perkara dunia (Umar ibn 'abdil aziz)

Seandainya kita adalah seekor cicak, mungkin sudah sejak dulu kita berteriak, "Ya Allah, Kau salah rancang dan keliru cetak!"

Sebab cicak adalah binatang dengan kemampuan terbatas. Dia hanya bisa merayap meniti dinding. Langkahnya cermat. Jalannya hati - hati. Sedang semua yang ditakdirkan sebagai makanannya, memiliki sayap dan mampu terbang kemana - mana. Andai dia berpikir sebagai manusia betapa nelangsanya. "Ya Allah", mungkin begitu dia mengadu, "bagaimana hamba dapat hidup jika begini caranya? Lamban saya bergerak dengan tetap harus memijak, sedang nyamuk yang lezat itu melayang di atas, cepat melintas, dan kemana pun bebas." Betapa sedih dan nelangsa menjadi seekor cicak.

Namun mari ingat sejenak bahwa kecil dulu, orang tua dan guru - guru mengajak kita mendendang lagu tentang hakikat rizqi. Lagu itu berjudul, Cicak-cicak di Dinding.

Bahwa tugas cicak memang hanya berikhtiar sejauh kemampuan. Karena soal rizqi, Allah-lah yang memberi jaminan. Maka kewajiban cicak hanya diam-diam merayap. Bukan cicak yang harus datang menerjang. Bukan cicak yang harus mencari dengan garang. Bukan cicak yang harus mengejar dengan terbang.

"Datang seekor nyamuk"

Allah Yang Maha Mencipta, tiada cacat dalam penciptaan-Nya. Allah Yang Maha Kaya, atas-Nya tanggungan hidup untuk semua yang telah dijadikan-Nya. Allah Yang Maha memberi rizqi, sungguh lenyap langit dan bumi tak mengurangi kekayaan-Nya sama sekali. Allah Yang Maha Adil, takkan mungkin Dia membebani hamba-Nya melampui kesanggupannya. Allah Yang Maha Pemurah, maka Dia jadikan jalan karunia makhluq-Nya amatlah mudah.

"Datang seekor nyamuk"

Allah yang mendatangkan rizqi itu. Betapa dibandingkan ikhtiyar cicak yang diam - diam merayap, perjalanan nyamuk untuk mendatangi sang cicak sungguh jauh berliku, lebih berliku, dan lebih dahsyat. Jarak dan waktu memisahkan keduanya. dan Allah dekatkan sedekat-dekatnya. Bebas si nyamuk terbang kemana jua, tapi Allah bimbing ia supaya menuju pada sang cicak yang melangkah bersahaja. Ia tertakdirkan dengan bahagia, menjadi rizqi bagi sesama makhluq-Nya, sesudah juga menikmati rizqi selama waktu yang ditentukan oleh-Nya.

Dan tiada dari segala yang melata di bumi melainkan atas tanggungan Allah-lah rizqinya. Dia Maha Mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab Lauhul Mahfuzh yang nyata. (Q.s. Huud [11]:6)

"Daabbah", demikian menurut sebagian musaffir, "adalah kata untuk mewakili binatang-binatang yang hina bersebab rendahnya sifat mereka, terbelakang cara bergeraknya, kotor keadaannya, liar hidupnya dan bahkan bahaya dapat ditimbulkannya." Allah menyebut daabbah di ayat ini, seakan-akan untuk menegaskan ; jika binatang - binatang rendahan, terbelakang, kotor, liar dan berbahaya saja Dia jamin rizqinya, apa lagi manusia.

Lapis - Lapis Keberkahan by Salim A. Fillah
518 hlm.
Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar