Kamis, 17 Juli 2014

Bukan Buber Biasa

Surabaya, 12 Juli 2014


Setelah tim panitia (bangun, dkk) mengkoordinasikan acara buka bersama kelas D3 ELIN A 2009, akhirnya terbentuklah acara tanggal Buka bersama tanggal 12 Juli 2014 di Depot Slamet Jam 16.30.

Saya yang nota bene hari itu kebetulan ada kegiatan tes di salah satu BUMN, saya nebeng di kos nya titah untuk istirahat dan sholat. Jam 17.00 saya, titah, wira, aji dan tomy berangkat bareng dari depan kos nya titah di daerah gebang, sukolilo. Hari ini berasa nostalgia kampus, kos an saya di surabaya.

Saat kami tiba di Depot Slamet , ternyata sudah ada sigit, bangun, ambar dan ardi. Jadi personel yang tiba buber kali ini 10 orang (sepertiga jumlah mhs kelas L). Banyak teman – teman yang ndak bisa hadir dikarenakan masih sibuk dengan tanggungjawab kerjaan di luar kota. Tema perbincangan kita kali ini lebih seru karena titah yang dengan status barunya, teman – teman LJ yang alhamdulillah sudah lulus (tinggal nunggu wisuda), dan sigit dengan wajah baru nya yang lebih berkilau (wkwk :P )

(dari kiri) - *wira, titah, me,ambar,sigit,unyab,bangun,ardi,tomy,aji*
Setelah buka puasa dan sholat, kami lanjutkan mini reuni di Koffe Toffe di daerah depan gedung walikota (tepatnya kantor pos samping taman absari). Tempatnya lumayan nyaman untuk ngobrol santai, dan kita beruntung dapat tempat duduk yang stategis (menurut teman – teman cowok)


                                   



Saat pulang ke rumah di Gresik, saya nebeng unyab sampai di depan pabriknya di daerah kletek, sidoarjo. Karena saya berangkat dari Banyuwangi dan nggak ada persiapan untuk helm, akhirnya kami nekat Surabaya – Kletek tanpa helm. Kami kurang beruntung, saat di perempatan wonokromo, tiba – tiba ada polisi meminggirkan sepeda motor kami, yah.. jadinya ngasih sedekah ke polisi. Setelah itu, kami lanjutkan perjalanan dengan rute jalan tikus. Alhamdulillah nya tak lama saya berhenti di kletek ada angkot ke krian.


Terima kasih Tuhan, engkau beri kesempatan kami untuk bertemu dan berbagi lagi.

Jumat, 11 Juli 2014

We are never ever getting back together



I remember when we broke up the first timeSaying, "This is it, I've had enough," 'cause likeWe hadn't seen each other in a monthWhen you said you needed space. (What?)Then you come around again and say"Baby, I miss you and I Swear I'm gonna change, trust me."Remember how That lasted for a day?I say, "I hate you," we break up, you call me, "I love you."
Oooh we called it off again last nightBut oooh, this time I'm telling you, I'm telling you
We are never ever ever getting back togetherWe are never ever ever getting back togetherYou go talk to your friends, talk to my friends, talk to meBut we are never ever ever ever getting back together
Like, ever ...
I'm really gonna miss you picking fightsAnd me, falling for it screaming that I'm rightAnd you, would hide away and find your peace of mindWith some indie record that's much cooler than mine
Oooh, you called me up again tonightBut oooh, this time I'm telling you, I'm telling you
We are never ever ever getting back togetherWe are never ever ever getting back togetherYou go talk to your friends, talk to my friends, talk to me (talk to me)But we are never ever ever ever getting back together
Oooh oooh oooh oooh
I used to think That we were forever everAnd I used to say never say neverHuh, so he calls me up and he's like, "I still love you"And I'm like, "I just, I mean this is exhausting, you know, like,We are never getting back together. Like, ever "
No!
We are never ever ever getting back togetherWe are never ever ever getting back togetherYou go talk to your friends, talk to my friends, talk to meBut we are never ever ever ever getting back together
We are not getting back together,We oh, not getting back together
You go talk to your friends, talk to my friends, talk to me (talk to me)But we are never ever ever ever getting back together

Selasa, 08 Juli 2014

Hari Hore – Hore


Senin, 7 Juli 2014
Setelah 2 hari saya bedrest di Rumah Gresik dan sore hari nya saya harus berangkat lagi ke rumah kos Banyuwangi. Hari senin, ibu dan bapak kembali ke rutinitas masing – masing (Baca: kerja) sehingga saya tinggal sendirian di rumah, karena ndak ada aktivitas akhirnya saya mencoba untuk berdandan dan berkreasi hijab. Ini pertama kalinya bapak saya lihat putri bontotnya ini dandan, dan tiba – tiba terceletuk “mau kemana nduk kok pake lipstik tebel banget”.
Huahhh... saya jadi malu sama bapak.
Dengan perlatan make up yang baru saya beli kemarin. Bedak wardah “Luminous two way cake” No 1 “Light Beige” dengan sampuan bedak tersebut samar – samar bekas jerawat saya (sekarang masih dalam proses perawatan) tidak terlihat dan wajah saya kelihatan lebih cerah. Dengan perpaduan lipstik warna merah jambu, membuat saya lebih segar dan nggak kelihatan pucat.

Dan kali ini saya berkreasi dengan sawl yang bisa difungsikan dengan multifungsi bisa digunakan untuk shal jika berpergian jauh.
*Bisa digunakan untuk hiasan jilbab*

Bisa digunakan hijab juga..

Maaf ya sodara – sodara, kali ini saya lagi ber narsis ria...

Walaupun memakai kreasi hijab, semoga jilbab nya tetap syar’i dan masih tetap dikoridor islami. Semoga tetap istiqomah.

Balada angkot di Banyuwangi



Publik transportasi yang biasa penduduk Banyuwangi sebut “Lin” atau angkot, animo masyarakat untuk transportasi ini sangat begitu kurang. Karena rute yang dilewati yang menurut saya sangat terbatas, dan kebanyakan rumah warga tersebar ke pelosok – pelosok wilayah banyuwangi yang masih berupa alas sehingga tidak dilewati jalur lin tersebut. Sehingga membuat banyak warga yang memilih sepeda motor sebagai sarana transportasinya.
Jalanan di banyuwangi yang sangat amat lenggang (baca: bebas macet) membuat pengendara di jalanan mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi. Terbukti di depan rumah kos saya yang terletak di pinggir jalan provinsi tepatnya di klatak sering terjadi kecelakaan karena pengendara ngebut.
Seperti yang saya alami kali ini, karena kereta Sritanjung yang saya tumpangi hari ini mengalami keterlambatan sehingga saya sampai banyuwangi jam 21.15. Dari stasiun Banyuwangi baru ke rumah kos, saya naik Lin. Lin yang saya tumpangi kosong penumpang sehingga supir Lin tersebut ngetem lamaa banget untuk mencari penumpang, dan setelah ngetem hampir 1 jam baru dapat 6 penumpang beserta saya. Kali ini supir Lin beruntung mendapatkan penumpang banyak, biasanya jika sudah diatas jam 9 malam untuk Lin yang hendak ke Kota, mendapatkan penumpang 3 orang saja sudah termasuk banyak.
Karena sedikitnya jumlah penumpang, maka tak jarang supir Lin menaikkan harga Lin seenaknya apalagi penumpang yang backpacker an dan berasal dari luar kota. Harga Lin yang telah ditentukan oleh pemerintah Banyuwangi dengan harga tertinggi Rp.4.000 dan untuk anak sekolahan sebesar Rp. 2.000. Namun pada kenyataan di lapangan, jika kita membayar dengan uang Rp. 5.000 pasti tidak diberi kembalian. Dan yang parah nya lagi, pernah suatu ketika ada penumpang dari Jakarta yang dari stasiun Banyuwangi baru hendak ke terminal Banyuwangi, dan masing – masing penumpang ditarik sebesar Rp. 10.000. OMG....!!
Karena sepi penumpang, supir Lin mengendarai dengan kecepatan amat sangat pelan. Ketika saya masih kos di daerah Kota, dengan waktu start yang sama dengan salah satu Lin, kecepatan gowes saya hampir sama dengan kecepatan Lin tersebut. Dan kami sampai di tempat tujuan dengan waktu yang sama.
Ada pengalaman absurb menganai perjalanan saya di Banyuwangi, waktu itu saya hendak berobat ke Rumah Sakit Yasmin, saya berangkat nebeng teman – teman yang rumah nya searah dengan RS Yasmin, saat saya pulang, agak susah mencari Lin, dari RS Yasmin jika beruntung bisa menemukan becak dan waktu itu saya lagi kurang beruntung sehingga saya jalan kaki dari RS Yasmin ke Perempatan Masjid Jami’. Dari Masjid Jami’ untuk ke rumah kos saya harus naik Lin yang arah ke terminal Blambangan dan setelah menunggu lama saya ndak mendapatkan Lin tersebut sehingga saya mencari becak ke terminal (tarif becak sama dengan tarif Lin), setelah dari terminal oper Lin lagi ke arah ketapang dan buset dahh.. ngetemnya lamaa banget. Saya jadi boros waktu, tenaga dan uang. -_-“
Dulu sebelum saya membawa sepeda motor saya ke Banyuwangi, dengan pertimbangan waktu tempuh, lama ngetem Lin dan fleksiblelitas rute Lin, saya memutuskan jika hendak ke Kota gowes menggunakan sepeda ontel saya dan itu terbukti lebih efisien dan lebih hemat. Dan saya sangat bersyukur, karena sekarang sepeda motor saya sudah menemani saya dalam mobilitas kerja dan bejibun aktivitas saya di Banyuwangi sehingga sangat memudahkan saya jika hendak ke tempat – tempat mbolang baru.

Banyuwangi, 7 Juli 2014

22.48