Minggu, 26 April 2015

#NGOPI bareng Raditya Dika

Ngobrolin Peristiwa Informasi dan Teknologi (NGOPI) yang diadakan oleh Pemkab Banyuwangi kerjasama dengan Telkomsel dan detik.com dengan tema "DIGITAL CREATIVE". Narasumber acara tersebut Mas Eka Gustiwana, Bapak Aris Sudewo Bapak Bupati Azwar Anas dan yang paling spesial (termasuk alasan saya bela - belain ikut acara ini) RADITYA DIKA (maaf capslock jebol  :v). Acara tersebut baru di publish promosinya hari Jum'at, 24 April 2015 dan acara nya esok hari Sabtu, 25 April 2015, tapi peserta yang ikut luar biasa buanyak dan satu aula pendopo Banyuwangi penuh oleh pelajar mulai dari SD, SMP, SMA, mahasiswa bahkan juga umum.

Dan demi apalah saya berada diantara kerumunan anak - anak berseragam pramuka, saat saya tanyakan alasan mengapa ikut acara ini dan mereka serentak jawab "KARENA RADITYA DIKA" (maaf capslock jebol mulu :v). Saat saya datang kondisi aula pendopo sudah penuh dengan pelajar, dan Allah berbaik hati kepada saya sehingga memberikan jalan hingga saya bisa duduk di barisan paling depan sehingga saya bisa menyaksikan langsung narasumber secara dekat dengan jarak kurang dari 2 meter. Suasana aula tiba - tiba rame dengan teriakan peserta saat narasumber mulai memasuki ke dalam aula, dan yang paling heboh dan terikan semakin lebih kenceng yaitu saat mas Raditya Dika memasuki aula. Serius, saya merinding dan speechless  saat mas dika masuk. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu "Indonesia Raya" bersama - sama dan sambutan dari masing - masing sponsor acara.

Narasumber pertama, Bapak Bupati A. Azwar Anas, tema yang disampaikan tentang "smart kampung", yaitu program Pemkab Banyuwangi untuk pengembangan IT pada tingkat desa se-Banyuwangi sehingga jaringan internet sudah bisa dinikmati pada jangkauan desa dan dengan pengembangan program e-village budgeting, pelaporan keuangan desa yang bisa tersambung real time dengan kantor Pemda, sehingga mempermudah transaksi dan kinerja instasi pemerintahan Banyuwangi. Bapak Bupati ini amatlah keren, beliau mempunyai visi dan misi yang bagus untuk pembangunan Banyuwangi. Dan sebagai perantau, saya menyaksikan perubahan Banyuwangi dari tahun 2012 hingga tahun 2015 ini sangat banyak perubahannya terutama di bidang infrastruktur. Dan konsep mengenalkan Banyuwangi di bidang pariwisata untuk menarik wisatawan lokal maupun internasional dengan perbaikan - perbaikan fasilitas di setiap tempat wisata dan pengadaan festival - festival Banyuwangi yang agenda nya dari awal tahun hingga akhir tahun, hampir setiap bulannya selalu ada festival. Dan kondisi tersebut membuat saya semakin nyaman dan betah tinggal di kota ini.Good Job Pak Bupati.

Narasumber kedua, Bapak Aris Sudewo dari Telkomsel. Pada kesempatan kali ini, Pak Aris sharing tentang Do and Don't penggunaan internet, Sosial Media bagaikan dua mata pisau, jika kita tidak bisa menggunakannya secara bijak, dampaknya akan negatif kepada kita. Contohnya upload foto di sosial media dengan check in lokasi tertera di foto tersebut, dikit - dikit update status tentang hal remeh temeh, itu artinya memberi peluang kepada penjahat untuk mengetahui aktifitas pribadi kita, tak jarang itulah yang memudahkan penculik untuk menjalankan aksinya.

"kebanyakan sharing tanpa saring" #jangan sembarang internetan

Narasumber ketiga, mas Eka Gutiwana, saya kenal dengan mas Eka Gustiwana sejak mas Eka mengeluarkan Mash Up Ost Anime bareng mbak Nadya. Nama mas Eka terkenal sejak membuat speech composer "Demi Tuhan - Arya Wiguna". Hari ini, Allah amat sayang sama saya, sebelum mas Eka sharing, Mas Eka feat Mbak Nadya  menyanyikan lagu mash up Ost Anime favorit saya tersebut. Ahh...seneng pake banget..
Mas Eka mulai bercerita kenapa alasan nya untuk awal meniti karir di bidang entertain dengan menjadi speech composer, dia ingin membuat gebrakan baru yang belum ada di Indonesia, salah satu nya menjadi speech composer dan karya nya tersebut sangat diterima masyarakat hingga membuatnya terkenal. Jadi kunci nya "be different"

 Dan narasumber terakhir yang paling ditunggu - tunggu.. mas Raditya Dika..

muda. ketje. multitalenta. produser. aktor. penulis. low profile. konyol. komedian.

Mas Dika (Baca: Raditya Dika), sejak dia muncul dengan tulisan - tulisan blog nya yang diksi bahasa dan cerita yang konyol, ringan dan sarat makna. Sejak itu lah saya suka karya - karya nya mas dika, bahkan saat roadshow buku koala kumal di Surabaya, mau bela - belain cuti, tapi apa daya urusan di kota ini nggak bisa ditinggal (tsssaahh...jadi curhat). Allah berbaik hati memberi kesempatan kepada saya untuk ketemu dengan mas dika di kota ini (terharu). Topik yang dibawakan mas dika kali ini tentang "personal branding", mau dikenal sebagai apakah kamu? Orang lain bisa menilaimu dari apa yang kamu tulis, karya apa yang kamu buat (lirik isi blog sendiri :v). Belajar untuk menjadi pencipta bukan penikmat. Kalau kamu suka baca, belajar untuk menjadi penulis. Kalau kamu suka nonton, belajar untuk membuat video. Menjadi pemuda produktif, mengubah kegalauan menjadi sebuah karya yang mempunyai nilai jual. Kalau karya kamu jelek, wajar! setiap karya yang diawali dengan karya yang jelek, kalau ada orang berkomentar jelek, terima komentar itu dan jadikan cambuk untuk membuktikan bahwa kamu mampu membuat karya yang baik.

Di akhir acara ada kuis dan bonus nya bisa foto bareng mas dika. Entah kenapa saat ketemu sama menager artis nya mas dika, kok familiar banget yaa. Saat di backstage kesempatan buat foto bareng mas Eka dan mbak Nadya. Tapi nggak dapet foto bareng mas dika gegara udah diamanin duluan masuk ke rumah dinas nya Pak Bupati. apalah apalah ini..perilaku semacam menghabiskan jatah alay :v

Dan di kota ini juga membawa saya berkesempatan bertemu dengan artis - artis ibu kota. Dan jika bertemu dengan mereka ya biasa saja, dan ini terasa istimewa jika artis itu yang kamu fans-in. Hehe.

Ini pertama kalinya saya masuk ke Pendopo Banyuwangi, nanggung kalau nggak mengeksplor tempat ini, setelah acara selesai, saya dan teman - teman keliling - keliling pendopo dan subhanallah tempat ini kereeenn banget. Jika dibuka untuk umum, rasa nya ingin singgah lagi ke tempat ini.

*Pendopo Banyuwangi*
*ike, ima, me, maya*
*ima n me*
*Bapak Bupati, Mas Dika, Mas Eka*
*mas Dika*
*mas Eka*
Banyuwangi itu Romantis. :)

Dear You: Demi Apa? Demikian Aku Mencintaimu

Untuk apa jauh - jauh lagi mencari, sementara dalam dirimu saja aku sudah menemukan alasan hidup: bahagia bersama mu

Dear You,

Buku ini dipersembahkan untuk cinta, demi cinta dan kepada cinta.

Ingat - ingat lah semua pagi yang kau syukuri karena masih bisa terbangun di sisinya, semua siangyang kau habiskan dengan merindukannya, juga malam - malam yang kau tutup dengan doa memohon kebahagiaannya.

Buku ini, jika kamu membaca nya disaat kondisi hati sedang jatuh cinta, buku ini akan membuatmu tersenyum sendiri dan berbunga dengan sajak - sajak yang ditulis penulis. Jika kondisi hati mu sedang patah hati, bisa dipastikan sajak - sajak tersebut akan membuatmu pilu dan gagal move on.

Buku yang berupa kumpulan sajak tentang cinta, temukan cerita cinta mu di buku ini dan bersiaplah untuk jatuh cinta lagi..

Dan sajak favorit ini untuk kamu, iya kamu... semoga kamu membaca nya. :)

Dear You 

Rumah Hatimu

Rumah. Sejauh mana pun aku melangkah dan berlari,
kepadanya juga aku kembali.
Rumah, karena di sanalah hati begitu nyaman berdiam,
Ada rindu yang terus bernyawa.
membawa inginku selalu kembali kepadanya

Rumah itu kamu. 
Semesta nyaman yang menjalar dan teduh yang berjajar
Menguat rindu yang tak terbilang
mengejar cinta-tanpa tanda tanya, berulang - ulang
Rumah itu, hatimu


Dear You : Demi apa? Demikian Aku Mencintaimu
382 hlm.
Gagas Media

Jumat, 24 April 2015

Lapis - Lapis Keberkahan by Salim A. Fillah

Memburu berkah amatlah berat, tapi justru di dalamnya lah ada banyak rasa nikmat.
Bahagia adalah kata paling menyihir dalam hidup manusia. Jiwa merinduinya. Akal mengharapinya. Raga mengejarnya. Tapi kebahagiaan adalah goda yang tega. Ia bayangkan yang melipir jika difikir, lari jika dicari, tak tentu jika diburu, melesat jika ditangkap, menghilang jika dihadang. Di nanar matayang tak menjmpa bahagia; insan lain tampak lebih cerah. Di denging telinga yang tak menyimak bahagial insan lain terdengan lebih ceria. Di gerisik hati yang tak merasa bahagia; insan lain berkilau cahaya.

Buku ini disusun dengan keinsyafan kecil; bahwa jika bahagia dijadikan tujuan, kita akan luput menikmatinya sepanjang perjalanan. Bahwa jika bahagia dijadikan cita, kita akan kehilangan ia sebagai rasa. Bahkan jika bahagia dijadikan tugas jiwa, kita akan melalaikan kewajiban sebagai hamba. Bahwa jika bahagia dijadikan tema besar kehidupan, kita bisa kehilangan ia sebagai kematian.

Bahagia adalah kata yang tak cukup untuk mewakili segenap kebaikan. Makan buku ini dibari tajuk "Lapis - lapis keberkahan". Hidup kita umpama buah beraneka aroma, bentuk, warna serta rasa; yang diiris-iris dan ditumpuk berlapis-lapis. Tiap irisan itu, punya wangi maupun anyirnya, lebut atau kasarnya, manis serta pahitnya, masam juga asinnya. Tapi kepastian dari-Nya dalam segala yang terindra itu ialah; ada gizi yang bermanfaat bagi ruh, akal dan jasad kita.

Ia Lapis-lapis keberkahan. Mungkin bukan nikmat atau musibah, tapi syukur dan sabarnya. Bukan kaya atau miskinnya, tapi shadaqah dan doanya. Bukan sakit atau sehatnya, tapi dzikir dan tafakkurnya. Bukan sedikit atau banyaknya, tapi rida dan qana'ahnya. Bukan tinggi atau rendahnya, tapi tazkiyah dan tawadhu'nya. Bukan kuat atau lemahnya, tapi adab dan akhlaqnya. Bukan sempit atau lapangnya, tapi zuhud atau wara'nya. Bukan sukar atau mudahnya, tapi amal dan jihadnya. Bukan berat atau ringannya, tapi ikhlas dan tawakkalnya.

Salah satu kisah favorit saya. ~

Cicak di dinding dan keyakinan penuh~

Barang siapa memperbagus hal-hal tersembunyinya, niscaya Allah jelitakan apa yang tampak dari dirinya. Barang siapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, niscaya Allah baikkan hubungannya dengan sesama. Barang siapa disibukkan oleh urusan agamanya, maka Allah yang kan mencukupinya dalam perkara dunia (Umar ibn 'abdil aziz)

Seandainya kita adalah seekor cicak, mungkin sudah sejak dulu kita berteriak, "Ya Allah, Kau salah rancang dan keliru cetak!"

Sebab cicak adalah binatang dengan kemampuan terbatas. Dia hanya bisa merayap meniti dinding. Langkahnya cermat. Jalannya hati - hati. Sedang semua yang ditakdirkan sebagai makanannya, memiliki sayap dan mampu terbang kemana - mana. Andai dia berpikir sebagai manusia betapa nelangsanya. "Ya Allah", mungkin begitu dia mengadu, "bagaimana hamba dapat hidup jika begini caranya? Lamban saya bergerak dengan tetap harus memijak, sedang nyamuk yang lezat itu melayang di atas, cepat melintas, dan kemana pun bebas." Betapa sedih dan nelangsa menjadi seekor cicak.

Namun mari ingat sejenak bahwa kecil dulu, orang tua dan guru - guru mengajak kita mendendang lagu tentang hakikat rizqi. Lagu itu berjudul, Cicak-cicak di Dinding.

Bahwa tugas cicak memang hanya berikhtiar sejauh kemampuan. Karena soal rizqi, Allah-lah yang memberi jaminan. Maka kewajiban cicak hanya diam-diam merayap. Bukan cicak yang harus datang menerjang. Bukan cicak yang harus mencari dengan garang. Bukan cicak yang harus mengejar dengan terbang.

"Datang seekor nyamuk"

Allah Yang Maha Mencipta, tiada cacat dalam penciptaan-Nya. Allah Yang Maha Kaya, atas-Nya tanggungan hidup untuk semua yang telah dijadikan-Nya. Allah Yang Maha memberi rizqi, sungguh lenyap langit dan bumi tak mengurangi kekayaan-Nya sama sekali. Allah Yang Maha Adil, takkan mungkin Dia membebani hamba-Nya melampui kesanggupannya. Allah Yang Maha Pemurah, maka Dia jadikan jalan karunia makhluq-Nya amatlah mudah.

"Datang seekor nyamuk"

Allah yang mendatangkan rizqi itu. Betapa dibandingkan ikhtiyar cicak yang diam - diam merayap, perjalanan nyamuk untuk mendatangi sang cicak sungguh jauh berliku, lebih berliku, dan lebih dahsyat. Jarak dan waktu memisahkan keduanya. dan Allah dekatkan sedekat-dekatnya. Bebas si nyamuk terbang kemana jua, tapi Allah bimbing ia supaya menuju pada sang cicak yang melangkah bersahaja. Ia tertakdirkan dengan bahagia, menjadi rizqi bagi sesama makhluq-Nya, sesudah juga menikmati rizqi selama waktu yang ditentukan oleh-Nya.

Dan tiada dari segala yang melata di bumi melainkan atas tanggungan Allah-lah rizqinya. Dia Maha Mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab Lauhul Mahfuzh yang nyata. (Q.s. Huud [11]:6)

"Daabbah", demikian menurut sebagian musaffir, "adalah kata untuk mewakili binatang-binatang yang hina bersebab rendahnya sifat mereka, terbelakang cara bergeraknya, kotor keadaannya, liar hidupnya dan bahkan bahaya dapat ditimbulkannya." Allah menyebut daabbah di ayat ini, seakan-akan untuk menegaskan ; jika binatang - binatang rendahan, terbelakang, kotor, liar dan berbahaya saja Dia jamin rizqinya, apa lagi manusia.

Lapis - Lapis Keberkahan by Salim A. Fillah
518 hlm.
Pro-U Media

Selasa, 21 April 2015

Supernova: Petir by Dewi Lestari

Perjalanan seorang gadis sebatang kara bernama Elektra yang berusaha menyambung hidup. Hidupnya biasa saja, nggak ada yang istimewa dan terbiasa sebagai penonton kehidupan. Hingga berawal dengan perkenalannya dengan seorang yogini bernama Ibu Sati, yang membimbingnya menemukan dan mengembangkan kemampuan spiritualnya. Elektra yang bisa menyetrum orang lain bahkan dengan kemampuannya tersebut bisa menyembuhkan dan membaca pikiran orang lain. Pertemuannya denga entrepreneur muda urakan bernama Mpret mengubah seluruh jalan hidupnya. Dengan kemampuan jaring - jaring Mpret, bisnis yang dirintis oleh Elektra dkk berkembang dengan pesat bahkan mampu mengubah Elektra yang kuper tidak punya motivasi, Elektra bertransformasi menjadi pengusaha dan akhirnya penyembuh.

Dalam buku ini, dee menyajikan dengan gaya bahasa yang fresh, ringan dan kocak banget.

Cuplikan kata yang menjadi favorit saya.

"Pekerjaanmu kelak hanya penyambung nafkah, sebesar apa pun kamu mencintainya, jangan takut untuk meninggalkan semua itu bila saatnya datang. Jangan ragu. Dirimu lebih besar dari yang kamu tahu."

"Orang yang menukar jiwa nya sama duitlah yang bikin duit punya nyawa."

"Bahwa akan tiba saatnya orang berhenti menilaimu dari wujud fisik, melainkan dari apa yang kamu lakukan."

Supernova: Petir / Dee
286 hlm
Bentang Pustaka