Sudah puluhan kota sudah saya jelajahi, indah alamnya pelipur lara bagi sang perantau. Namun seindah apa pun kota - kota yang saya jelajahi, keindahannya tak ada yang bisa menandingi keindahan desa saya. Desa Pasinan, desa kecil diperbatasan Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik. Sawah - sawah masih asri membentang di sepanjang jalan, masih jauh dari hiruk pikuk penatnya kendaraan dan satu hal yang membuat desa itu begitu istimewa di hati saya. Disanalah kedua Orang Tua saya menjalani masa tua mereka, di desa itulah saya meninggalkan kedua orang tua saya untuk merantau dan membawa mimpi saya yaitu mensejahterahkan masa tua kedua orang tua saya.
Saat tahun terakhir saya duduk di bangku SMA bapak saya mengalami sakit keras. Beliau di vonis dokter komplikasi paru - paru, lambung dan hipertensi. Dengan kondisi beliau yang sakit, beliau harus istirahat total dan yang menggantikan sebagai tulang punggung keluarga kami yaitu ibu saya. Beliau sosok terhebat dalam hidup saya. Ketika sayup - sayup bacaan Al Qur'an terdengar dari surau belakang rumah yang menandakan subuh akan tiba, beliau sudah bangun dari tidur nya untuk memasak sarapan buat kami. Setiap pagi saya terbangun bukan karena alarm HP atau ayam yang berkokok, namun suara batuk ibu saya yang harus menghirup udara dingin di kala fajar. Ibu saya mengidap asma, sehingga ketika suhu udara sangat dingin, batuk beliau akan kambuh. Ibu, sungguh aku ingin menggantikan tugas mu untuk memasak di pagi hari. Namun apa daya, saya tidak bisa memasak jadinya saya hanya jadi asisten ibu di dapur. Pernah suatu ketika, saya memasak nasi goreng dan hasilnya gatot (gagal total), Sejak itulah ibu saya tak mempercayai saya untuk urusan masak. Di saat masih fajar, ibu harus menyiapkan bekal makanan buat saya dan ibu sendiri untuk dibawa ke pabrik. Sepulang kerja, beliau seharusnya istirahat karena capek seharian kerja, namun yang dilakukan ibu saya merawat bapak saya yang sakit bahkan beliau sering tidak tidur karena kondisi bapak yang membutuhkan perawatan ekstra dari ibu walaupun sudah tengah malam. Bapak saya tak pernah mau di opname, sehingga harus rawat jalan dan ibu saya lah yang menjadi dokter dan perawat bagi bapak saya saat di rumah. Dan saya sangat kagum dengan ibu saya, beliau tak pernah mengeluh dengan keadaan yang dihadapi. Beliau perempuan paling tegar dalam hidup saya.
Dengan kondisi kesehatan bapak saya yang semakin hari tidak semakin membaik. Sedangkan UNAS pun sudah saya lalui. Teman - teman saya sudah banyak yang mendaftar tes SNMPTN. Saya tak tega mengutarakan keinginan saya untuk melanjutkan kuliah. Hingga akhirnya bapak saya bilang, "nduk, bagaimana pun keadaan keluarga kita. Bapak pengen ika kuliah. Meraih masa depan yang lebih baik. Bapak nggak pengen ika kerja kayak ibu jadi buruh pabrik." Dan sejak saat itu saya dilema, antara lanjut kuliah atau bekerja. Hingga saya memutuskan untuk bekerja di salah satu pabrik makanan di dekat rumah. Seminggu sebelum pendaftaran UM PENS, pak lek saya menelpon dan mengatakan kalau saya daftar saja untuk UM PENS, untuk biaya pendaftarannya paklek saya yang membiayai. Ini bukan sekedar biaya pendaftaran, kuliah kan juga membutuhkan biaya SPP tiap semesternya, karena letak kampus yang jauh dari rumah, tambah lagi biaya sewa kos dan makan saya selama di Surabaya. Saya saat itu sungguh dilema.
Di sepertiga malam saya curahkan semua isi hati saya, dalam doa saya panjatkan kepada sang Pencipta. Saya utarakan niatan saya untuk kuliah ke ibu saya. Dan ibu saya berkata, "nduk, Ibu Bapak ngrestui ika buat kuliah. Untuk biaya kuliah ika nggak usah khawatir. Insyaallah ALLAH yang mencukupi".
Berbekal doa dan restu orang tua, saya mengikuti ujian UM PENS dan saya lulus dalam seleksi tersebut.
Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
Subhanaallah, ALLAH itu Maha Besar. Saya belajar ektra keras dan ekstra tekun dengan tujuan agar mendapatkan ranking 1, dengan begitu saya akan mendapatkan beasiswa gratis SPP. Dan alhamdulillah ALLAH memudahkannya. Tak hanya itu, selama kuliah banyak beasiswa yang saya dapatkan, beasiswa dari perusahaan tempat bapak teman saya bekerja dan dari dikti juga. Sejak kuliah, saya sudah membiayai kebutuhan saya dengan memberikan les privat dan kedua orang tua saya tak perlu mengeluarkan uang untuk biaya kuliah saya.
Foto ini foto favorit saya. Foto ini diambil ketika kami baru sampai di Graha Sepuluh November dalam rangka wisuda saya. Perjuangan saya selama kuliah berbuah manis. Saya lulus dengan predikat cumlaud. Saat berada di dalam gedung Graha Sepuluh November, saya melihat bapak ibu saya menitikkan air mata, rasa bahagia atas pencapaian saya selama kuliah. Perjuangan saya, perjuangan ibu saya dan perjuangan bapak saya yang sekarang sudah sembuh dari penyakitnya. Dan hari itu adalah hari yang membahagiakan dalam hidup saya. Dan perkataan bapak saya yang selalu saya ingat saat itu "nduk, bapak, ibu bangga sama kamu."
Dua bulan sebelum saya wisuda, saya dinyatakan diterima bekerja di salah satu Perusahaan Semen Swasta di Indonesia. Pencapaian saya sampai saat ini saya persembahkan untuk Bapak dan Ibu. Dan saat ini saya di perantauan. Foto itulah obat kangen buat saya.
Postingan ini diikutsertakan dalam CAPek-Ma Berbagi dengan Tema “Me and Family”
Luar Biasa.., Mandiri, Cerdas dan Haus akan pendidikan..
BalasHapusTerima Kasih telah berpatisipasi dalam kegiatan CAPek-Ma berbagi: "Me and Family" Semoga mbak sekelurga senantiasa dalam limpahan Rahmat dan kasih sayang-Nya bahagia dunia-akhirat.. Amin Ya Rabbal Alamin...
Terimakasih atas doa nya :)
BalasHapussangat menginsprasi sekali cerita. tetap semangat mbak :)
BalasHapusSemoga Alloh senantiasa memberkahi dan merahmati seluruh orang yang mbak Ika sayang..Semangat mbak broo...:)
BalasHapus"Saat Sedih datang...
BalasHapusBERDO'ALAH...
Deraskan keluh kesah pada Sang Pencipta
untuk menemukan jawaban kedepannya..".
tetap selalu semangat ya mbak say :)