Institut Ibu Profesional merupakan komunitas yang mewadahi ibu dan calon ibu yang senantiasa ingin memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. Komunitas ini dibentuk oleh Ibu Septi Peni Wulandari. Sesuai dengan hakikat orang tua yang akan menghantarkan anak - anak nya untuk siap mengarungi gerbang masa depan. Oleh karena itu, diperlukan profesionalitas dari kedua orang tua dalam mendidik anak - anaknya dan untuk mewujudkannya diperlukan lah ilmu yang mendukung misi tersebut.
Visi Ibu ProfesionalDengan visi dan misi yang sama dengan Ibu Profesional, ketika Institut Ibu Profesional (IIP) Surabaya membuka pendaftaran member, walaupun saya masih single, saya sangat antusias untuk bergabung dengan komunitas ini. Sesuai status saya yang masih single dan masih dalam tahap belajar mengenai "How to be a Profesional Mother", saya lebih sering menjadi silent reader. Setelah saya terdaftar di komunitas ini, banyak ilmu yang bisa saya dapatkan dari kuliah via whatsapp yang diadakan setiap bulannya. Institut Ibu Profesional group regionalnya tersebar hampir di seluruh Indonesia, untuk menjadi member komunitas ini gratis dan terbuka untuk semua ibu dan calon ibu. Untuk pendaftaran nya bisa dilihat di http://www.ibuprofesional.com
Menjadi komunitas pendidikan perempuan yang paling unggul di Indonesia,wadah bagi seluruh Ibu Indonesia baik yang tinggal di dalam negeri maupun luar negeri untuk senantiasa berkembang meningkatkan kualitas diri dan keluarganya
Misi Ibu Profesional
Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya.
Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul.
Meningkatkan rasa percaya diri sang ibu, sehingga tetap bisa mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya.
Meningkatkan peran ibu menjadi Agent of Change (agen pembawa perubahan) yang senantiasa akan berbagi dan menularkan virus perubahan kepada masyarakat
Sungguh eman jika materi kulwap perdana saya serap sendiri, semoga materi ini bermanfaat untuk kalian para ibu dan calon ibu.
"A" HOME TEAM
Kita mulai dengan melihat beda antara 'kerumunan' dan 'team'.
Saat jalan-jalan pagi dan melewati sebuah pasar kaget, apa yang Bunda dapati?
Sekumpulan orang, ada yang heboh menawarkan barang,
sebagian sibuk menawar barang, yang lain hanya lihat-lihat saja, ada
pula yang jalan kesana-kesini, bahkan ada pula yang bengong. Setiap
orang sibuk dengan kegiatannya sendiri, mengejar tujuannya sendiri yang
tak selalu ada kaitan dengan yang lain, interaksi seperlunya sebatas
kebutuhan jikapun ada, berada di tempat yang sama namun tak saling sapa
satu dengan lainnya, asing dan tak peduli kecuali ada maunya. Inilah
KERUMUNAN.
Para penggemar bola tentu tak asing dengan Barca, tempat
Lionel Messi dan Neymar mengukir prestasi, tapi tak mungkin sendiri.
Setiap pemain mengerti posisi, tugas, peran dan tujuan. Mereka saling
mengerti bahkan tanpa keluarnya satu kata pun, memberikan support satu
dengan yang lain. Menyajikan permainan cantik yang membuahkan goal
kemenangan, rapat menjaga dari serangan lawan. Ini satu contoh TEAM.
Kerumunan dan Team sama-sama merupakan kumpulan orang.
Kerumunan tak mempunyai tujuan bersama yang menyatukan mereka, tak ada komunikasi untuk saling mengerti. Yang menyatukan mereka hanya karena kebetulan berada di tempat yang sama.
Team disatukan oleh tujuan bersama, tatanilai yang diyakini
semua, komunikasi dan interaksi yang membuahkan saling mengerti, tahu
peran, posisi dan tugasnya, saling memberikan dukungan dan bantuan,
gembira bersama bergerak menggapai impian.
Mari kita tengok keluarga kita, lebih dekat dengan ciri-ciri kerumunan ataukah team?
Sebuah hometeam berbeda dengan team lainnya. Hometeam tidak
bisa sesuka-suka ganti pemain, anggotanya memiliki usia dan tingkat
kematangan yang berbeda-beda, ada peran-peran yang secara alamiah sudah
melekat pada anggotanya, ada pula yang dapat berganti-ganti dimainkan.
Hometeam memerlukan manajemen yang unik. Sebagian dari kita menganggap akan bisa dengan sendirinya mengatur rumahtangga bila tiba waktunya, ketrampilan itu akan tumbuh secara naluriah. Bukankah orang tua kita juga tak repot-repot belajar saat membesarkan kita?
Hometeam memerlukan manajemen yang unik. Sebagian dari kita menganggap akan bisa dengan sendirinya mengatur rumahtangga bila tiba waktunya, ketrampilan itu akan tumbuh secara naluriah. Bukankah orang tua kita juga tak repot-repot belajar saat membesarkan kita?
Barangkali memang demikian.
Namun bila yang hendak kita bangun adalah 'A' HomeTeam, hometeam yang berkualitas 'A' dan bukan sekedar hometeam maka ada hal-hal yang perlu kita cermati.
Kita dengan pasangan hidup kita dipertemukan dan disatukan
setelah dewasa. Sebelumnya kita dibesarkan di lingkungan berbeda,
melalui jalan berbeda, dengan cara berbeda, dan mungkin juga dengan
tatanilai yang berbeda.
Maka langkah pertama adalah banyak-banyaklah membangun KOMUNIKASI, verbal maupun non verbal. Sering-sering ngobrol bareng, melakukan kegiatan bersama, membicarakan apa yang kita sukai dan tidak kita sukai, memahami gelagat dan bahasa tubuh. Jangan diam saja dan menganggap pasangan hidup kita pasti tahu atau seharusnya tahu. Pasangan hidup kita bukan dukun kan? ;p
Yang pertama dibangun adalah tatanilai bersama, our values.
Tak perlu banyak, yang utama dulu saja yang akan menjadi INDUK NILAI.
Sekedar contoh, Induk nilai Tanah Perdikan Margosari adalah iman dan kehormatan.
Meski rumusannya sederhana, proses ini bisa jadi
berdarah-darah, penuh tetesan air mata. Maka Anda dan pasangan perlu
menyepakati konstitusi dan aturan main dasar. Kami memiliki 3 aturan
sederhana:
1. Mesti TETAP BERKOMUNIKASI seberapa pun marahnya.
2. Segala keputusan yang dihasilkan dalam keadaan marah, BATAL demi hukum.
3. Bila terjadi selisih atau beda pendapat, kembali kepada al QUR'AN dan al HADITS.
1. Mesti TETAP BERKOMUNIKASI seberapa pun marahnya.
2. Segala keputusan yang dihasilkan dalam keadaan marah, BATAL demi hukum.
3. Bila terjadi selisih atau beda pendapat, kembali kepada al QUR'AN dan al HADITS.
Proses ini bisa jadi lama, jangan berharap bagai membalik
telapak tangan: Plek, selesai. Tidak! Intensitas komunikasi dan main
bareng akan sangat menentukan. Maka perbanyaklah sarananya. Misalnya:
Makan bareng, sholat berjamaah, bermain bersama, ngopi pagi, dll.
Manfaatkan teknologi, bikin grup keluarga di wa/line/bb dll. Share hal-hal baik yang mencerminkan nilai keluarga.
Manfaatkan teknologi, bikin grup keluarga di wa/line/bb dll. Share hal-hal baik yang mencerminkan nilai keluarga.
Setelah itu kita akan lebih enak untuk membicarakan TUJUAN keluarga.
Tidak harus sekali jadi, biarkanlah tujuan ini dinamis dan berkembang. Secara berkala dibicarakan bersama.
Dengan mengetahui tujuan bersama dan sasaran masing-masing, setiap anggota keluarga jadi tahu hal-hal yang dibutuhkan yang lainnya. Dengan demikian mereka mengerti bila hendak men-support yang lainnya.
Bila saat ini sepertinya tidak ada kerjasama dalam keluarga, yang satu tak mau membantu yang lainnya, barangkali karena yang satu dan yang lain tidak saling mengerti apa yang diperlukan.
SALING MEMAHAMI adalah dasar tumbuhnya kerjasama team.
Tidak harus sekali jadi, biarkanlah tujuan ini dinamis dan berkembang. Secara berkala dibicarakan bersama.
Dengan mengetahui tujuan bersama dan sasaran masing-masing, setiap anggota keluarga jadi tahu hal-hal yang dibutuhkan yang lainnya. Dengan demikian mereka mengerti bila hendak men-support yang lainnya.
Bila saat ini sepertinya tidak ada kerjasama dalam keluarga, yang satu tak mau membantu yang lainnya, barangkali karena yang satu dan yang lain tidak saling mengerti apa yang diperlukan.
SALING MEMAHAMI adalah dasar tumbuhnya kerjasama team.
Aturannya: Understand first then to be understood.
Entah kelak menjadi Working Mom atau Full Stay At Home Mom, mempersiapkan diri dengan bekal ilmu sebanyak - banyak nya itu penting. Semoga bermanfaat. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar