Empat tahun yang lalu saya meninggalkan desa ini untuk mengenyam pendidikan di Kota Pahlawan. Desa kecil yang terletak di daerah perbatasan Gresik dan Sidoarjo ini mulai merangkat untuk maju. Desa Pasinan, tempat saya dibesarkan dan tempat ibu bapak saya menghabiskan hampir separuh hidupnya. Desa yang dulunya berupa hijau nya hamparan sawah, kini lahan - lahan tersebut berubah menjadi pabrik - pabrik dan rumah kos - kos an yang mulai maraknya pendatang baru selaras dengan berkembangnya pembangunan pabrik. Jalan kecil di depan rumah yang dulu nya setiap saya pulang dari ngaji, yah setiap pukul 19.30 saya pulang dari madrasah tempat saya mengaji, jalanan sudah sepi dan yang lewat hanya beberapa motor. Namun kini jalanan tersebut berubah penuh sesak dengan truck - truck Fuso yang memuat hasil industri dari pabrik di sekitar desa. Jalanan itu sekarang tak pernah sepi kendaraan walaupun sudah malam, bahkan saat jam - jam orang - orang pergi dan pulang bekerja, kendaraan sangat padat merayap dan macet dimana - mana. Ahh.. desa ku kini kau banyak berubah.
Seberapa jauh kaki saya melangkah menjejaki belahan bumi ini, di desa ini lah saya kembali. Di desa ini lah hati dan cinta saya berpulang. Desa yang sangat saya rindu kan dan tempat dimana orang - orang yang saya sayangi berdiam. Beberapa waktu yang lalu saya pulang ke desa, kegiatan yang tak pernah berubah di keluarga saya. Bercengkrama dengan keluarga di teras depan rumah, bercerita dan saling menyapa dengan tetangga yang lewat di depan rumah. Kegiatan itu bukan hanya dilakukan di keluarga saya tapi juga tetangga saya. Anak - anak kecil berlarian bermain di halaman rumah. Tetangga - tetangga yang saling bertukar cerita. Ahh. kehangatan keluarga seperti inilah yang selalu saya rindukan.
"monggo mbak sri, rumiyen."sapa budhe saya yang lewat di depan rumah ke ibu saya.
"monggo..monggo dhe hemi, badhe ten pundi dhe." tanyaku kepada beliau.
"arep sinau nduk ndek bale desa." ujar beliau
Belajar di balai desa? Pertanyaan itulah yang menyergapku kala itu. Bapakku yang tahu apa yang jadi pertanyaan di kepalaku tiba - tiba nyeletuk. "iya nduk, ndak usah heran. Sekarang ada pendidikan baca tulis untuk warga yang lanjut usia yang masih buta huruf. Yang ngajar itu guru - guru TK yang disamping bale desa lama. Tempat belajarnya pun di bale desa bekas TK dulu."
Kejutan lagi ini bagi saya. Ternyata saya sudah terlalu lama meninggalkan desa ini dan nggak update kegiatan - kegiatan desa. Anggota yang ikut dalam kegiatan ini kebanyakan ibu - ibu lansia yang masih belum bisa baca tulis. Walaupun usia mereka bukan usia yang muda, namun semangat mereka untuk belajar masih tinggi. Saya salut dengan mereka. Layaknya anak TK yang baru belajar membaca dan menulis. Para lansia belajar mulai dasar dan tak jarang mereka diberi tugas oleh para guru. Kegiatan tersebut diadakan setiap hari minggu jam 15.30 sampai jam 17.00
Saya salut dengan kepedulian para guru untuk memberantas buta huruf di desa ini. Para lansia di desa ini kebanyakan tak sempat mengenyam pendidikan bahkan banyak yang tak lulus SD seperti bapak ibu saya. Beruntung bapak ibu saya dulu nya sempat sekolah walaupun tak sampai lulus dikarenakan kurangnya kesadaran akan pendidikan dan keterbatasan biaya untuk sekolah. Kebanyakan dari para lansia bekerja sebagai buruh tani. Program kegiatan melek huruf ini turut mencerdaskan warga di desa ini.