Senin, 15 Juni 2015

Rumah tanpa KPR

Rumah, sejauh mana pun aku melangkah dan berlari, kepadanya juga aku kembali. - moammar emka


Dream note yang saya jadi target kan pertama dan menjadi prioritas saya selama beberapa tahun ini yaitu renovasi rumah. Ibu sangat cerewet untuk tantangan pembiayaan renovasi rumah dan sebisa mungkin untuk tidak mengambil KPR yang harus dicicil selama bertahun - tahun. Bunga KPR yang jika dikalkulasikan bisa setara dengan harga rumah itu sendiri dan jika mengambil KPR itu artinya menanggung hutan bertahun - tahun bahkan puluhan tahun untuk membayar angsuran tersebut. Jadi lah sistem renovasi rumah dibuat bertahap dengan modal biaya dari tabungan saya dan ibu. Saya mengubah gaya hidup dan standart hidup untuk diri saya sendiri selama di perantauan.

1. Buat pos - pos pengeluaran
Saat tanggal gajian tiba, penghasilan rasanya cuma numpang lewat saja. :D Saya buat pos - pos tersendiri untuk biaya sewa kos, biaya pulsa, biaya belanja bulanan, biaya makan, infaq dan biaya entertainment semua terperinci dipisah kan ke masing - masing amplop sehingga pengeluaran sesuai budget. Dengan gaya hidup saya di Banyuwangi, tabungan bersih saya bisa mencapai 75% penghasilan (salah satu keuntungan penempatan di desa dengan penghasilan sesuai standart kantor Makassar).

2. Belanja bulanan 1 bulan 1 kali
Belanja bulanan saya tetapkan rutin di awal bulan, entah itu stock masih ada maupun sudah habis, belanja wajib di awal bulan. Semua kebutuhan domestik dipenuhi selama satu bulan, sehingga meminimalisir belanja di luar jadwal yang kadang membuat kita tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya nggak kita butuhkan.

3. Puasa belanja baju, sepatu dan kebutuhan entertainment
Sejak kecil ibu saya menerapkan sistem membeli berdasarkan kebutuhan, sehingga jika belum perlu untuk ganti dan membeli barang yang baru, biasanya saya masih bisa kontrol untuk nggak belanja. Kadang setan suka banget ganggu, kadang pengen beli ini itu yang harga nya over budget dan cara yang paling ampuh untuk meredakan keinginan tersebut dengan menelfon ibu dan melihat foto bapak ibu yang tercetak besar di kamar sehingga bisa ingat lagi prioritas yang sudah saya buat.  Salah satu keuntungannya lagi, di Banyuwangi nggak ada mall sehingga bisa terhindar dari gaya hidup hedon. :)

Dan yang membuat bahagia, penghasilan di kantor saya setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan dan itu artinya menambah digit - digit tabungan saya. Belum lagi berbagai macam bonus yang saya dapatkan juga menaikkan tabungan. Dengan komitmen dan prioritas yang sudah saya buat, pelan tapi pasti tabungan saya dan ibu sudah mulai menjadi aset.

Tahun pertama saya kerja, tabungan saya setelah dikurangi untuk membeli kendaraan untuk penunjang kerja (kendaraan ini saya beli secara tunai juga :P ). Kami mulai untuk membangun dapur tetap dengan ukuran 5x5 m berdinding bata, cor beton dan berkeramik, dimana ruangan tersebut terdapat dapur, kamar mandi, kamar tidur (yang awal nya untuk disewa kos dan sekarang beralih menjadi tempat usaha nya bapak), tempat mencuci dan menjemur baju, tempat perpustakaan pribadi saya dan tempat mengobrol kami sekeluarga ditemani angin semlilir dari pepohonan samping rumah.

Tahun kedua, perombakan besar - besaran dan hanya menyisahkan 30% bangunan lama. Saya yang dari dulu bercita - cita punya kamar yang luas, sehingga model rumah yang awal nya 3 kamar dibongkar dan dijadikan 2 kamar, tinggi rumah ditinggikan sekitar 50 cm dengan penggantian total rangka atap dan genteng nya juga. Bagian teras di rombak total dan mengalami pelebaran beberapa meter. Fondasi rumah juga ditinggikan untuk mengantisipasi jika banjir. Sehingga bangunan awal yang berukuran 5x11 m menjadi 5x17 m. Dan renovasi di tahun kedua ini yang membutuhkan biaya paling banyak hingga over budget, kami menyiasati dengan meminjam uang ke saudara sehingga di tahun ketiga kami sudah bisa melunasi semua hutang tersebut. Di tahun kedua ini, alhamdulillah renovasi rumah ini bisa selesai di luar ekspetasi (target untuk hadiah buat ibu dan bapak sebelum saya menikah akhirnya tercapai) dan kami bayar lunas.

Di tahun ketiga mulai membeli dan mengganti perabotan yang sudah mulai usang. Ternyata hal sederhana ini bisa membuat bahagia ketika bisa menikmati hasil kerja keras sendiri.

Next project, rumah untuk keluarga baru saya. Semoga sistem ini bisa saya terapkan sehingga kami tidak terjerat hutang KPR yang harus dicicil puluhan tahun. Aminn... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar