Selasa, 08 Juli 2014

Kota asing yang saya sebut “R U M A H”

Entah kesehatan saya yang sedang tidak membaik atau semangat merantau saya yang sudah menurun. Baru tanggal 28 juni 2014 kemarin saya pulang ke rumah Gresik untuk temu kangen dengan kedua orang tua saya, kala itu ibu saya sedang sakit dan saya memback up semua tugas ibu di rumah selama saya pulang.
Tanggal 30 Juni 2014 saya berangkat lagi ke Banyuwangi untuk bekerja. Puasa tahun ke dua saya di Banyuwangi, di hari – hari minggu ini mengharuskan saya bolak – balik kantor – intansi sebelah untuk mengurusi pekerjaan dan dalam hari – hari tersebut terjadi kemacetan karena efek karamnya salah satu kapal LCT yang mengangkut truck ke Bali sehingga terjadi sistem buka – tutup di pelabuhan ASDP. Karena letak instansi sebelah di dekat pelabuhan, efek macet yang sampai depan pelindo Banyuwangi sehingga saya mengambil rute jalan lingkar jika hendak balik ke kantor. Kondisi jalanan yang seperti itu dan kondisi tensi darah saya yang juga drop, di sepanjang perjalanan mata saya mulai berkunang – kunang sehingga saya meminta bantuan teman kantor saya untuk bantu back up urusan di instansi sebelah tersebut. Selama hari – hari tersebut kualitas tidur saya juga memburuk, jika telat tidur saya akan insomnia. Hati saya kangen banget sama rumah, hingga hari sabtu tanggal 5 Juli 2014, saya memutuskan untuk pulang ke rumah Gresik dan bed rest di rumah.
Selama di rumah saya tidur pulas banget dan semua rasa capek terobati dengan sendirinya.

Banyuwangi..

Kota kesekian kali nya yang masuk dalam daftar kota perantauan, walau sudah hampir 2 tahun di Banyuwangi, saya belum mendapatkan rasa aman untuk berpergian sendiri ke kota jika sudah meleawati ba’da magrib. Jika sudah terpaksa sekali, biasanya saya nekat gowes ke kota.
Saya suka berpetualang ke tempat baru, merantau ke tempat baru dan bertemu dengan keluarga baru. Karena sering nya saya merantau ke kediri, surabaya, Jakarta dan Makassar saya bertemu dan memilik banyak keluarga angkat di perantauan. Sehingga saya menciptakan suasana rumah dalam setiap kota perantauan saya. Dan setiap habis masa tugas saya di kota tersebut, ketika saya harus berpisah meninggalkan keluarga angkat saya selalu ada tangisan karena kepulangan saya. Yah.. itulah saya sangat membenci perpisahan.
Saya suka solo travelling, saya suka solo rantau. Tapi kini kondisi saya sedang dalam titik jenuh merantau. Ingin ada partner yang bisa memback up kegiatan saya dan menemani perjalanan saya. Karena solo rantau itu artinya harus mandiri se mandirinya. Do it everything by self.

Berkali – kali saya mem brain storming pikiran saya, meyakinkan hati kecil saya bahwa semua akan baik – baik saja dan saya pasti bisa melalui setiap cobaan yang Allah berikan kepada saya.

La Tahzan, Innallaha ma’ana

Kini saya sedang mengukir indah kisah saya di perantauan agar nanti dimasa yang akan datang menjadi sebuah kenangan indah yang akan saya ceritakan kepada pasangan hidup saya dan anak saya kelak.

Semangat...!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar