Entah kesehatan saya yang sedang tidak membaik atau semangat
merantau saya yang sudah menurun. Baru tanggal 28 juni 2014 kemarin saya pulang
ke rumah Gresik untuk temu kangen dengan kedua orang tua saya, kala itu ibu
saya sedang sakit dan saya memback up semua tugas ibu di rumah selama saya
pulang.
Tanggal 30 Juni 2014 saya berangkat lagi ke Banyuwangi untuk
bekerja. Puasa tahun ke dua saya di Banyuwangi, di hari – hari minggu ini
mengharuskan saya bolak – balik kantor – intansi sebelah untuk mengurusi pekerjaan
dan dalam hari – hari tersebut terjadi kemacetan karena efek karamnya salah
satu kapal LCT yang mengangkut truck ke Bali sehingga terjadi sistem buka –
tutup di pelabuhan ASDP. Karena letak instansi sebelah di dekat pelabuhan, efek
macet yang sampai depan pelindo Banyuwangi sehingga saya mengambil rute jalan
lingkar jika hendak balik ke kantor. Kondisi jalanan yang seperti itu dan
kondisi tensi darah saya yang juga drop, di sepanjang perjalanan mata saya
mulai berkunang – kunang sehingga saya meminta bantuan teman kantor saya untuk
bantu back up urusan di instansi sebelah tersebut. Selama hari – hari tersebut
kualitas tidur saya juga memburuk, jika telat tidur saya akan insomnia. Hati
saya kangen banget sama rumah, hingga hari sabtu tanggal 5 Juli 2014, saya
memutuskan untuk pulang ke rumah Gresik dan bed rest di rumah.
Selama di rumah saya tidur pulas banget dan semua rasa capek
terobati dengan sendirinya.
Banyuwangi..
Kota kesekian kali nya yang masuk dalam daftar kota
perantauan, walau sudah hampir 2 tahun di Banyuwangi, saya belum mendapatkan
rasa aman untuk berpergian sendiri ke kota jika sudah meleawati ba’da magrib.
Jika sudah terpaksa sekali, biasanya saya nekat gowes ke kota.
Saya suka berpetualang ke tempat baru, merantau ke tempat
baru dan bertemu dengan keluarga baru. Karena sering nya saya merantau ke
kediri, surabaya, Jakarta dan Makassar saya bertemu dan memilik banyak keluarga
angkat di perantauan. Sehingga saya menciptakan suasana rumah dalam setiap kota
perantauan saya. Dan setiap habis masa tugas saya di kota tersebut, ketika saya
harus berpisah meninggalkan keluarga angkat saya selalu ada tangisan karena
kepulangan saya. Yah.. itulah saya sangat membenci perpisahan.
Saya suka solo travelling, saya suka solo rantau. Tapi kini
kondisi saya sedang dalam titik jenuh merantau. Ingin ada partner yang bisa
memback up kegiatan saya dan menemani perjalanan saya. Karena solo rantau itu
artinya harus mandiri se mandirinya. Do
it everything by self.
Berkali – kali saya mem brain
storming pikiran saya, meyakinkan hati kecil saya bahwa semua akan baik –
baik saja dan saya pasti bisa melalui setiap cobaan yang Allah berikan kepada
saya.
La Tahzan, Innallaha
ma’ana
Kini saya sedang mengukir indah kisah saya di perantauan
agar nanti dimasa yang akan datang menjadi sebuah kenangan indah yang akan saya
ceritakan kepada pasangan hidup saya dan anak saya kelak.
Semangat...!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar