Rabu, 12 November 2014

Gunung Kelima (The Fifth Mountain)

"Rencana-Nya tidak selalu sejalan dengan keadaan kita atau apa yang kita rasakan, tapi yakinlah..Dia punya alasan sendiri untuk semuanya ini"

Gunung Kelima 
(The Fifth Mountain)
Paulo Coelho
320 hlm.

Buku ini mengisahkan percobaan - percobaan yang dialami Elia yang ketika itu berusia 23 tahun. Merasa terancam oleh Ratu Izebel yang hendak membunuhnya, ELia melarikan diri dari Izebel ke kota Akbar yang indah, menumpang di rumah seorang janda dan putranya. Ketika kota itu terancam peperangan, Elia berseru pada Tuhan agar menyelamatkan kota itu dan penduduknya, tapi Tuhan seakan tidak mendengar. Ketika dia meminta Tuhan menyelamatkan perempuan yang dicintainya, Tuhan pun seakan memalingkan muka tak peduli, Segala percobaan ini membuat Elia mempertanyakan kasih dan kemurahan hati Tuhan, dan mendorongnya mengambil keputusan: menentang Tuhan sampai Dia memberikan jawaban.

Meski cerita ini diambil dari cuplikan episode Alkitab, temanya bersifat universal, yakni membahas hubungan antara manusia dan Tuhannya, dan betapa pentingnya iman serta harapan. Seperti Elia, saat kemalangan datang silih berganti, kita pun sering kali bertanya - tanya, "Kenapa ini terjadi padaku?" "Kenapa Tuhan tidak mendengar doaku?" Ada orang - orang yang menjadi kuat setelah mengalami kemalangan, ada pula yang langsung menyerah dan tak mau bangkit lagi. Ada yang jadi meninggalkan Tuhan, ada pula yang jadi lebih dekat dengan Tuhan.

Berikut sepenggal kata motivasi yang saya ambil dari buku ini:

Jiwa manusia, seperti halnya sungai dan tanaman, juga membutuhkan hujan, meski dari jenis yang berbeda:harapan, keyakinan, alasan untuk hidup. Tanpa itu, segala sesuatu di dalam jiwa tersebut akan mati, meski raganya masih terus hidup.

"Manusia ditakdirkan untuk mengingkari takdirnya." Tuhan hanya menempatkan tugas - tugas yang mustahil di hati manusia.
"Mengapa?"
Barangkali karena kebiasaan mesti dipertahankan.
Barangkali manusia mengingkari takdirnya karena Tuhan tidak terasa lebih dekat. Dalam hati manusia Dia telah menempatkan mimpi akan suatu masa ketika segala sesuatunya mungkin terlaksana - kemudian Dia pergi menyibukkan diri dengan hal - hal lain. Dunia mengubah dirinya sendiri, kehidupan semakin sulit, namun Tuhan tidak pernah kembali untuk mengubah mimpi - mimpi manusia.

Manusia mesti melewati berbagai tahap sebelum dia bisa memenuhi takdirnya.

"Ada saat-saat kita mengalami cobaan-cobaan dan itu tak bisa dihindari. Tapi ada alasannya kenapa semua itu terjadi."
"Alasan apa?"
"Pertanyaan itu tidak bisa kita jawab sebelum, atau bahkan selama kita mengalami cobaan-cobaan itu. Setelah berhasil mengatasinya, barulah kita mengerti, mengapa kita diberi cobaan-cobaan tersebut."

Seperti inilah kebebasan: bisa merasakan apa yang dihasratkan hati, tanpa perlu memikirkan pendapat orang lain.

"Kau sedang apa?"
"Aku sedang tidak punya kegiatan" sahutnya
"Kalau begitu, belajarlah sesuatu. Pada saat ini, banyak orang berhenti menjalani kehidupan. Mereka tidak marah, juga tidak berseru-seru memprotes; mereka sekadar menunggu waktu berlalu. Mereka tidak menerima tantangan - tantangan kehidupan, jadi kehidupan pun berhenti memberikan tantangan pada mereka. Kau juga mengambil resiko yang sama; tunjukkan reaksi, hadapi hidup, tapi jangan berhenti hidup."

Dalam doa-doa kita, kita selalu berusaha menyampaikan kesalahan kita dan apa yang kita hendaki terjadi pada kita. Tapi Tuhan mengetahui semuanya dan kadang-kadang Dia hanya meminta kita mendengarkan apa yang hendak disampaikan Alam Semesta kepada kita. Dan agar kita bersabar.

Mengapa aku harus memilih antara menyelamatkan kota ini dan menolong bangsaku?"
"Sebab manusia harus memilih," "Disitulah letak kekuatannya; kesanggupan untuk memilih."
"Pilihan yang sangat sulit; aku harus merelakan kematian suatu bangsa demi menyelamatkan bangsa lainnya."
"Lebih sulit lagi menentukan jalan untuk diri sendiri. Orang yang tidak mau memilih dianggap mati di mata Tuhan, meski dia masih bernapas dan berkeliaran di jalan-jalan."

"Mengapa Dia yang menciptakan dunia memilih menggunakan tragedi untuk menuliskan buku takdir-Nya?"
"Engkau tidak tau apa yang kauucapkan" "Tidak ada tragedi, yang ada hanyalah yang tak terhindarkan. Segala sesuatu ada alasannya; engkau tinggal memilah-milah mana yang sementara dan mana yang abadi."
"Manakah yang sementara?"
"Yang tak terhindarkan."
"Dan manakah yang abadi?"
"Pelajaran-pelajaran yang dipetik dari yang tak terhindarkan itu."

AKU SENDIRILAH YANG MENENTUKAN MAKNA HIDUPKU

"Kalau engkau tidak puas dengan masa lalumu, lupakanlah sekarang." "Bayangkan sebuah kisah baru tentang hidupmu, dan yakinlah. Pusatkan pikiranmu hanya pada saat-saat engkau memperoleh apa yang kauidamakan. Kekuatan ini akan membantumu meraih yang kuinginkan."

Ada tiga hal yang bisa diperlajari orang dewasa dari anak kecil: merasa bahagia tanpa alasan, selalu sibuk dan ada saja yang dikerjakan, dan bagaimana menuntut sekuat tenaga agar keinginannya dikabulkan.

"mengapa engkau pertahankan mati-matian hidupmu yang singkat dan penuh penderitaan? Apa artinya perjuangan itu?"
Orang yang tidak tahu mesti menjawab aa atas pertanyaan ini akan menyerah, tapi orang yang berusaha mencari makna hidupnya, dan merasa Tuhan telah bertindak tidak adil padanya, akan menantang takdirnya sendiri dengan berani. Pada saat itulah api dari langit akan turun menyambarnya-tapi bukan api yang membunuh, melainkan api yang meruntuhkan tembok-tembok lama dan menyingkapkan pada setiap manusia potensi - potensi yang sejati. Orang-orang pengecut tidak pernah berani membiarkan hati mereka dibakar api ini, mereka tidak ingin ada perubahan, mereka ingin segala sesuatunya tetap sama, sehingga mereka bisa terus hidup seperti biasa dan berpikir dalam pola yang biasanya juga. Sementara itu, orang-orang pemberani membakar segala yang sudah lama dan meninggalkan segala-galanya -- meski harus membayar mahal dengan menanggung penderitaan batin.
Inilah yang Dia kehendaki:Dia ingin setiap orang memikul sendiri tanggung jawab atas hidupnya.

Bertindaklah bijaksana, sebagaimana orang - orang telah diberi kesempatan kedua; jangan melakukan kesalahan yang sama lagi. Jangan lupakan alasanmu diberi kehidupan.

Adakalanya Tuhan menuntut kepatuhan. Tapi adakalanya juga Dia ingin menguji tekad kita, dan menantang kita untuk memahami kasih-Nya. Kita baru memahami tekad ketika tembok-tembok Akbar runtuh ke tanah: peristiwa itu membuka cakrawala kita dan membuat kita menyadari kemampuan - kemampuan kita sendiri. Kita tidak lagi cuma bisa memikirkan kehidupan. Kita menjalaninya.

"Haruskah orang selalu pergi pada akhirnya?"
"Kita harus selalu tahu, kapan suatu tahap dalam hidup kita telah berakhir. Kalau kita bersikeras mempertahankannya, padahal kita sudah tidak membutuhkan nya, kita akan kehilangan suka cita dan makna hidup kuta selebihnya. Dan ada risiko kita akan diguncang-guncang hebat oleh Tuhan."

And last....

Justru karena kemahakuasaan-Nya itu, Dia memilih hanya berbuat kebaikan. Saat kita tiba di akhir cerita, barulah kita melihat bahwa sering kali hal-hal yang Baik datang dalam kemasan yang kelihatannya Jahat, tapi dia terus mendatangkan Kebaikan, dan merupakan bagian dari rencana Tuhan bagi manusia.

#happyreading

Tidak ada komentar:

Posting Komentar