Kamis, 27 November 2014

Aku, kereta dan hello stranger

We travel, initially, to lose ourselves; and we travel, next to find ourselves. We travel to open our hearts and eyes and learn more about the world than our newspapers will accommodate - Pico lyer 

Kereta menurut saya alat transportasi paling nyaman untuk saat ini dan minim kecelakaan lalu lintas. Semenjak merantau ke Banyuwangi, setiap perjalanan solo traveling pulang - pergi Banyuwangi - Gresik selalu ada cerita unik dan membuat saya senantiasa bersyukur akan hidup. Perjalanan seorang diri di dalam kereta Banyuwangi - Sidoarjo yang lama tempuhnya 8 jam akan terasa bosan kalau kita hidup dengan dunia kita sendiri, dan disinilah uniknya pelajaran hidup, perjalanan seorang diri akan mempertemukan dengan sesama penumpang yang nggak kita kenal dengan kesamaan nasib menghilangkan kebosanan selama 8 jam di kereta membuat kita akan berinteraksi satu sama lain, ngobrolin banyak hal mulai dari politik, sosial, pendidikan bahkan soal asmara. Yaapp..cerita singkat perjalanan di kereta. Saya akan membagikan sedikit pengalaman konyol yang pernah saya alami. Lucunya, walaupun kita sama - sama hello stranger, kita tak pernah menyebut nama masing - masing.

Backpacker sejati dari German
Kejadian ini sekitar 3 bulan yang lalu, saya sebangku dengan bule asal German yang abis jelajah ke Ijen. Saya menyebutnya backpacker sejati, bule perempuan ini backpacker seorang diri sudah hampir keliling semua negara di Asia Tenggara, dia menunjukkan ke saya foto - foto hasil jelajahnya selama di Indonesia. Saya sebagai orang Indonesia asli belum pernah ke tempat yang dikunjungi nya. :( Misi nya ke Indonesia selama seminggu untuk destinasi jelajah Jogja, Bromo, Ijen, dan Lombok. Tangguh banget perempuan ini. Perbedaan yang menunjol dari penumpang bule dengan penumpang Indonesia saat di kereta, kalau penumpang bule mereka selalu sedia buku sebagai teman perjalanan mereka, sedangkan penumpang Indonesia heboh dengan gadget mereka. Tapi inilah kenyataannya..

Ternyata dia teman nya teman saya
Dunia itu kecil, perjalanan saya berangkat merantau ke Banyuwangi secara tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan asing dengan stasiun tujuan Jember. Setelah ngobrol - ngobrol rumpik, ternyata dia teman satu kuliah an teman saya jaman SMA. Nah lho.. Dan teman SMA saya ini memang inspiring banget dan dia menjadi topik pembicaraan kami, dia bercerita tentang bagaimana kerasnya teman SMA saya untuk berjuang mewujudkan mimpinya sehingga bisa menempuh jenjang S2 di Inggris dengan bea siswa dan ternyata satu kampus dengan Gita Gutawa.

Ngemper di pinggir jalan tengah malam
Beberapa bulan yang lalu, jalur kereta di Gunung Gumitir sedang mengalami perbaikan sehingga ketika kereta melintasi jalur tersebut harus ekstra hati - hati dan pelan banget, secara nggak langsung berdampak dengan jam tiba kereta di Stasiun Sidoarjo. Jika normal, kereta Probowangi akan tiba di Stasiun Sidoarjo pukul 21.30, karena keterlambatan tersebut kereta sampai di Sidoarjo pukul 22.00. Dan itu artinya saya akan ketinggalan angkot ke krian. Setelah jalan cepat dan sedikit lari dari Stasiun ke depan Supermaket Ramayana, jika sudah jam segitu nggak ada angkot sama sekali. Saya terpaksa ngemper di pinggi jalan ditemani nyamuk dan seorang diri. Awalnya agak was - was tapi karena udah terbiasa jadinya wes biasa moment nggembel nunggu angkot seperti itu. Saya percaya, Allah akan selalu melindungi saya. Jadwal angkot selanjutnya datang pukul 23.00 dan membuat saya sampai rumah lewat tengah malam. Saya beruntung masih banyak becak walaupun sudah tengah malam di pasar krian untuk menuju rumah. Ada hal yang selalu membuat saya nggak boleh ngeluh, setiap perjalanan dari Sidoarjo menuju krian, saya selalu se-angkot dengan mbah - mbah sudah tua yang berjualan kacang seorang diri di Gor Sidoarjo, rumah mbah tersebut di daerah krian. Mbah tersebut walaupun sudah sepuh, namun tetap semangat untuk bekerja dan nggak tergantung sama orang lain. Mbah ini lah yang mengajarkan saya tentang perjuangan. Jika kacang jualannya mbah tersebut masih banyak, tak jarang saya membeli barang jualannya di dalam angkot. Hal ini membuat maklum orang tua saya jika saya pulang tiba - tiba membawa sekarung besar isinya kacang.

Betapa keren nya pekerjaan menjadi seorang Guru
Di salah satu perjalanan, saya duduk disamping mahasiswi S2 UNESA, depan saya mahasiswa S1 PGSD dan di sampingnya juga mahasiwa S2 UNESA yang juga bekerja sebagai Guru matematika di salah satu SMP di Banyuwangi. Sepanjang perjalanan kami bercerita banyak hal mulai dari pendidikan, lapindo bahkan kisah asmara masing - masing. LOL. Kami baru kenal saat itu juga, tapi kami sudah seperti sahabat yang sudah lama tak bertemu. Karena sekeliling saya akademisi, kami bercerita seru tentang cara - cara menangani anak didik dan ternyata mereka juga sedang berinovasi untuk menciptakan sistem pendidikan yang nggak hanya di dapat dari buku tapi juga dari hal sederhana di kehidupan sehari - hari. Dari antusiasme mereka bercerita, banyak hal yang ternyata nggak terpikir oleh saya. Misalnya belajar peluang melalui permainan kartu remi dan banyak hal baru yang saya dapat ambil pelajaran dari mereka.

Dan ada cerita yang lebih lebih membuat saya bersyukur, cerita perjalanan saya pulang dinas dari Probolinggo ke Banyuwangi dan dipertemukan Allah dengan adek kecil yang sedang sakit parah. Cerita lengkapnya disini.

Backpacker, backpacker dan backpacker.
Jika musim liburan kuliah tiba, nggak heran jika mayoritas penumpang kereta Sri Tanjung merupakan mahasiswa dari Jogja maupun luar kota lainnya yang hendak backpacker ke Banyuwangi (tujuan Ijen dan Alas Baluran), ke Bali maupun ke Lombok. Jika mereka backpacker pemula dan berkelompok, biasanya mereka paling hebring se-gerbong. Saya salut dengan jiwa ingin tahu mereka untuk berjelajah ke tempat baru dan keluar dari zona nyaman.

Sebagai penumpang, kita punya pilihan, menikmati perjalanan atau mengutuki kebosanan. Dan pilihan saya yaitu menikmati perjalanan dan tentunya dengan cara saya sendiri.

1 komentar: