Sabtu, 29 November 2014

Surat Cinta : Sahabat


Hai B.

Dari kota nan jauh diseberang dan minim sinyal, kamu berjuang hingga naik ke tempat tertinggi di pabrikmu hanya untuk menelpon ku. Kamu kaget ya dengan isi email yang kukirimkan untukmu, hingga kamu rela nyari sinyal seperti itu. Aku tau benar watakmu, biasanya kamu cuek dan beberapa bulan yang lalu kamu bahkan menghindariku. Terkadang aku bingung dengan caramu menyayangi orang yang kamu sayangi, kamu begitu keras terhadap dirimu sendiri hingga kamu pun harus berulang kali membohongi dirimu hanya untuk membuat orang yang kamu sayangi bahagia dan tak sedih lagi, padahal hanya kehadiranmu saja sudah membuat kami bahagia dan kadang yang kamu lakukan malah membuat orang yang kamu sayangi menjadi semakin sedih dan kamu pun juga sedih kan. Please..jujur sama dirimu sendiri, ungkapkan yang sebenernya hati kecilmu inginkan agar kamu tak menyesal pada akhirnya.

Aku dengar isakkanmu disana, untuk pertama kali nya aku mendengarmu menangis. Bukankah kamu yang mengajarkan padaku bahwa menangis nggak akan merubah keadaan, padahal aku tau kamu mengatakan nya karena kamu hanya nggak ingin aku menangis kan. Sekarang aku bukan gadis yang cengeng lho. Dan pada detik itu juga kamu mengakui ternyata dengan menangis setidaknya bisa meringankan semua hal sedih yang terpendam di hati walaupun nggak bisa merubah keadaan. Pada saat itu juga, akhirnya kamu jujur kepadaku tentang sikapmu yang mendadak berubah kepadaku dan dengan polosnya kamu bilang "aku ngelakuin itu karena aku nggak pengin buat kamu sedih". Kamu selalu begitu, selalu pasang badan untuk membuatku bahagia dan untuk kali ini kamu salah besar, toh pada akhirnya waktu nggak bisa diputar ulang, semua sudah berjalan sesuai dengan keputusanmu dan skenarioNya. Bukankah nada suaraku terdengar riang saat ku menerima telponmu? Ternyata memang kamu masih hafal dengan kebiasaanku itu, hingga aku pun nggak bisa menyembunyikan kesedihanku saat mendengar pengakuanmu. Yeah.. I'm (not) okay. Sejujurnya aku kecewa, sedih dan ingin marah padamu. Tapi yang bisa aku lakukan hanya bisa diam karena toh marah ataupun mengeluarkan kata - kata sarkasme nggak akan merubah yang sudah terjadi. Aku hanya nggak ingin kamu sakit hati dengan kemarahanku ataupun cerita keadaanku saat kamu menghindariku.

Aku ingat beberapa hari yang lalu ada seorang teman bicara kepadaku. "sudahlah mbak nggak usah terlalu keras sama dirimu sendiri, jungkir balik untuk membuat orang yang kamu sayangi bahagia. kamu sudah berjuang keras, kadang nggak apa - apa kok sedikit egois." Sepertinya aku mulai ketularan virus semangat berjuang untuk membahagian orang kita sayangi sampai lupa membuat bahagia diri kita sendiri.

Seringlah pulang ke rumah, ibumu sangat merindukanmu. Bukankah beliau yang menjadi alasan kamu berjuang sekeras ini kan? percaya lah padaku kehadiranmu lebih beliau butuhkan. Pesanku untukmu, kejar dan pertahankan orang - orang yang kamu sayangi, ikuti kata hatimu untuk bertindak terhadap mereka jangan kamu ikuti logika mu saja. Terkadang kamu juga perlu sedikit egois kok, sebelum kamu menyesal karena kehilangan mereka selamanya. Bahagialah dengan pilihanmu, bahagialah kamu disana, dan tertawa lah, semua hal itu cukup membuatku bahagia. Sampaikan salamku untuk ibu dan adik - adikmu, maaf jika di masa depan aku tak bisa mengunjungi mereka lagi, tanpa aku cerita kamu pun sudah tahu alasanku kan. Semoga Allah melindungimu disana. Semoga kamu membaca tulisan ini, jika kamu tak sempat membacanya biarlah Allah yang menunjukkan padamu.

Sahabatmu,
I.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar