Kali ini saya dapat kesempatan lagi men-jelajahi pelosok
area Timur Pulau Jawa dalam rangka tugas dinas dari kantor. Berpetualang ke
tempat baru, bertemu dengan orang, baru, belajar mengamati budaya mereka dan
kisah baru.
Banyuwangi, 5 Juni 2014
Saya, mas bro dan pak bro yang nota bene tim dari kantor
yang ditugaskan dalam misi kali ini. Kami dijemput rekan an perusahaan kami
untuk melakukan salah satu misi kami. Dari Banyuwangi kami berangkat jam 10.00.
Tujuan pertama kami Bondowoso, kami mengambil rute jalur utara (banyuwangi –
situbondo – bondowoso). Sepanjang perjalanan menuju situbondo kami disambung
dengan hamparan hutan (alas baluran) dan sepanjang jalan di alas baluran ini
tak jarang kami menemukan monyet berkeliaran di jalanan mengingat sekarang
musim kemarau yang membuat persediaan makanan di hutan menipis hingga akhirnya
monyet – monyet mencari makanan di jalan raya. Saat kami melintasi alas baluran
telah terjadi kecelakan antara truck dengan truck, dugaan sementara truck yang belum
tau medan tanjakan. Hati – hati saat berkendaraan di kawasan ini kawan karena
daerah ini memang rawan laka lantas.
*alas baluran* |
Perjalanan dari Banyuwangi ke Bondowoso sekitar 2 jam.
Setelah diskusi ringan di kantor rekanan kami, kami kuliner makan siang di warung
padang depan Kejaksaan Bondowoso. Kalau kalian ke Bondowoso bisa mencoba
makanan di warung ini, walau warung nya terkesan sederhana namun masakannya
luar biasa mantap. Harga nya pun murah di kantong dan banyak juga aneka ragam
menunya.
Setelah makan siang, kami lanjutkan lagi perjalanan menuju
salah satu bukit di Gunung Argopuro, saya kurang tau nama Gunung nya. Letak nya
di Desa Andungsari, Bondowoso. Di kaki Gunung terdapat balai riset kopi milik
pemerintah. Lokasi jelajah kami kali ini berbatasan langsung dengan lahan PT
PN. Kami menuju puncak Gunung dengan offroad menggunakan mobil, jalur jalan
yang kami lewati sangat sempit, jika bukan seorang ahli offroad jangan pernah
mencoba untuk mengendarai mobil di jalan ini karena sebelah jalan sudah jurang.
*jalan menuju tancak satu* |
Setelah mengambil sample di lokasi yang kami tuju, kami
lanjutkan perjalanan kami di air terjun yang jaraknya 100 meter dari lokasi
tujuan, Air terjunnya namanya Tancak satu.
*hamparan gunung* |
*air terjun tancak satu* |
*me* |
Nikmat Tuhan Mu yang mana kah yang kamu dustakan?
Subhanallah, Allah sungguh berbaik hati sekali kepada saya.
Dia memberikan kesempatan kepada saya untuk menikmati ciptaan nya yang tak bisa
ditandingi dengan manusia. Hamparan bukit, tanaman – tanaman liar, sejuknya
udara nya, dinginnya air dari tancak satu dan kebersamaan sederhana ini.
Saran saya buat cewek, sebelum naik gunung pastikan bahwa
buang air kecil dulu di pom bensin terderkat dengan lokasi sebelum tanjakan.
Pengalaman konyol ini saya alami ketika saya sudah di atas Gunung, udara dingin
yang menusuk kulit walaupun saya sudah memakai jaket namun dinginnya membuat
saya ingin buang air kecil. Akhirnya kami segera turun ke pemukiman warga untuk
mencari toilet terdekat. Dan ternyata penduduk sekitar Gunung yang kebanyakan
bermata pencaharian sebagai penggembala sapi, toilet mereka hanya seadanya
(toilet terbuka di depan rumah masing – masing dan hanya tertutup terpal) dan
tak jarang penduduk MCK nya di sungai tedekat. Sungguh saya tak bisa melakukan
ritual buang air kecil di tempat tersebut, hingga akhirnya kami menemukan
sebuah kantor kelurahan terdekat. Dan alhamdulillah ada toilet yang masih layak
walaupun pintu nya rusak dan karena sekarang musim kemarau (musim tanam) air
yang mengalir di toilet tersebut sangat kotor dan berwarna coklat hasil terbawa
nya tanah yang ikut mengalir juga. Karena tak ada pilihan (semakin terasa
nuansa pedesaannya) , akhirnya saya buang air kecil di tempat tersebut.
Yahhhh... itu pengalaman yang nggak bakalan terlupakan.
Badan kami mulai tepar setelah seharian berjelajah alam,
saat nya kita beristirahat di hotel. Kami menginap di Palm Hotel – Bondowoso.
Lokasi nya berada di jantung kota Bondowoso, menurut teman saya yang sudah
biasa berpetualang di daerah ini, konon hotel ini termasuk salah satu hotel
terbaik di bondowoso. Untuk ukuran kota kecil seperti Bondowoso ini,
recommended lah ini hotel sebagai salah satu referensi tempat kalian menginap
jika berlibur di Bondowoso.
Saat malam kami berjalan – jalan di alun – alun Bondowoso
untuk makan malam. Di depan alun – alun Bondowoso terdapat Monumen Gerbong
Maut, Masjid Raya dan kantor Bupati Bondowoso. Alun – alunnya rame banget,
banyak muda – mudi berpasangan maupun bergerombol dengan teman – temannya yang
nongkrong disini.
Bondowoso, 6 Juni 2014
Pagi ini saya sangat tepar, saya sepertinya masuk angin.
Setelah sarapan di hotel, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Situbondo,
kami dijemput dengan rekanan kami menuju lokasi selanjutnya. Saat di dalam
mobil, perut saya seperti diaduk – aduk dan kerana ndak kuat saya mampir ke
apotek untuk membeli tolak angin dan fresh care. Padahal sebelum tidur saya
sudah minum antangin, namun ndak ada pengaruhnya. Karena saya masih tepar,
akhirnya saya menunggu teman – teman tim yang mengambil sample di kantor
rekanan kami.
Tujuan kami kali ini di Alas Kapongan – Situbondo, kami
makan siang di salah satu lesehan tedekat dengan lokasi tujuan kami. Setelah
makan siang dengan porsi yang lumayan banyak bagi saya dan minum soft drink.
Tubuh saya sudah mulai fit lagi dan kami siap melanjutkan jelajah kami.
*berjelajalah* |
*alas kapongan* |
Kami melajutkan perjalanan kami menuju lokasi berikut nya di
daerah Banyuwglugur-Besuki-Situbondo. Tempat tujuan kami kali ini berbeda
dengan lokasi – lokasi sebelum nya. Lokasi nya kali ini hamparan sungai
mengalir yang nan jernih namun ndak dingin. Hehe. Kalau ndak dalam rangka
kerja, ahhh... pengen sekali bisa lama main air disini. Abisnya airnya jernih
banget.
Oia ada pengalaman yang unik dari perjalanan kami kali ini,
karena kami sampai di lokasi sore hari. Akan banyak kita temui bidadari dan bidadara
yang turun (baca: mandi di sungai).
Karena lokasi kami kali ini berada di kaki Gunung (saya ndak
tau namanya), dalam perjalanan pulang kami disuguhkan dengan pemandangan alam
yang sangat eksotis banget. Matahari terbenam yang sangat amat keren banget
(pemborosan kata banget :P). Dan saya baru kali ini melihat sunset seindah itu.
Sayangnya HP saya sudah drop baterai nya sehingga ndak bisa mengabadikan sunset
tersebut.
Perjalanan kami lanjutkan ke Probolinggo, waktunya kami
beristirahat di hotel lagi. Kali ini kami menginap di Hotel Panorama.
Saat kami sarapan di hotel, yang makan hanya kami bertiga.
Seperti nya ndak ada pengunjung selain kami. Panorama merupakan Hotel and
Resto. Letaknya di pinggir jalan dan di seberang jalan sudah rel kereta. Karena
sudah letih sekali, tidur kami sangat nyenyak dan ndak terasa bising nya
jalanan.
Probolinggo, 7 Juni 2014
Perjalanan kami lanjutkan ke daerah Perbatasan Pasuruan –
Probolinggo. Ada yang seru dalam perjalanan saya kali ini, saat saya duduk di
salah satu gubuk di lokasi yang kami tuju, terdapat beberapa karyawan dari
rekanan kami. Mayoritas karyawan dari suku Madura. Saat saya mengajak mereka
ngobrol menggunakan bahasa Indonesia, mereka ndak mengerti apa yang saya
ucapkan (mereka ndak bisa bahasa Indonesia). Dan inilah Indonesia....
Kami makan siang di Rawon Nguling, tempat makan ini ramai
pengunjung pake banget. Sampai Pak Presiden SBY juga pernah singgah ke tempat
ini lhoo. Dan teman kerja saya yang nota bene sangat suka sama masakan yang
asin – asin sangat menikmati masakan rawon yang kami pesan. Dan menurut lidah
dan selera saya, rawonnya sangat terasa asin. Tapi recommended lah buat kalian
yang melewati Nguling, jangan lupa mampir ke Rawon Nguling.
Karena rekanan kami ndak bisa mengantar ke Banyuwangi, maka
perjalanan pulang kami kali ini naik kereta. Dan teman saya yang berasal dari
makassar sangat semangat sekali dengan perjalanan pulang kali ini. Yupp.. ini
pertama kalinya dia naik kereta. Di Sulawesi ndak ada kereta lhoo. Jadwal
kereta kami jam 16.30. Masih ada 5 jam lagi untuk menunggu kedatangan kereta.
Saya dan teman saya memutuskan untuk berjelajah sekitar stasiun. Letak stasiun
Probolinggo di samping alun – alun Probolinggo dan dekat dengan Masjid Besar
Probolinggo.
*jejak langkahku* |
*masjid besar* |
*Probolinggo Tempoe Doeloe* |
Selagi menunggu teman saya yang sedang sholat dan saya
kebetulan waktu itu lagi ndak sholat, maka saya memutuskan untuk menunggu teman
saya di cafe samping masjid “corner”, dan saya beruntung saat itu saya lagi
pengen es cream dan di cafe tersebut menyediakan aneka racikan es cream. Ada
menu es cream yang special “es cream kawah bromo”, karena penasaran saya
memesan menu tersebut dan kentang goreng.
*es cream kawah bromo* |
Dan ternyata lebih banyak permennya dari pada es cream nya.
Tak lama kemudian kami dijemput saudara pak bro teman kantor
saya, saudara beliau merupakan guru tari di Gedung kesenian Probolinggo. Kami
mampir di kantor nya. Dan saya dan mas bro jelajah Museum Probolinggo.
Radio Suara Kota, Museum Probolinggo dan Gedung Kesenian
Probolinggo terletak dalam satu area. Saat itu banyak siswa TK dari Lumajang
yang sedang study tour. Lumajang – Probolinggo lumayan jauh yaa.
Saat dinas luar kota, tak lupa oleh – oleh untuk teman –
teman di kantor. Karena letak Probolinggo dan Banyuwangi yang sangat dekat
sehingga makanan oleh – oleh nya pun hampir sama. Beda nya kalau di Probolinggo
kebanyakan oleh – oleh nya kerupuk ikan tengiri. Tak apalah yang penting ada
label Probolinggo nya. -___-
Saat di stasiun, mas bro teman kantor saya hebring banget pengen
makan Bakso stasiun yang letaknya di samping stasiun Probolinggo. Dia dapat
rekomendasi untuk nyoba kuliner bakso tersebut dari salah satu teman kantor
kami. Setelah gagal nyoba kuliner Bakso Edi, akhir nya kami memutuskan untuk
membungkus dan memakannya di dalam kereta karena kami saat sampai di Stasiun
sudah jam 16.15
Ternyata kereta kami telat 45 menit, bakso yang kami bungkus
tadi, kami makan selagi nunggu kereta. Dan pentolnya banyak serat nya dan enak.
Recommended banget ini bakso buat referensi kuliner kalian kalau lagi
Probolinggo. Harga nya lumayan mahal namun sebading dengan rasa nya kok.
*menunggu kereta* |
Kami naik kereta Sri Tanjung, kami beruntung kursi yang kami
duduki blok depan kami kosong. Saat di dalam kereta, ada hal yang membuat saya
amat bersyukur atas Nikmat Sehat yang Tuhan berikan kepada saya.
Saya berkenalan dengan bocah kecil berusia 2 tahun, dafi
namanya. Dia dan ibuknya dalam perjalanan pulang dari berobat di RSUD Dr
Soetomo karena penyakit yang di derita nya. Usia nya yang masih balita namun
Tuhan sudah menitipkan penyakit yang amat berat kepada nya. Sejak usia 2 bulan
di kepala nya terdapat kelebihan cairan sehingga setiap bulan harus berobat ke
rumah sakit di Surabaya untuk penyedotan cairan tersebut. Di awal terjangkit
penyakit tersebut, dafi sangat rewel banget dan nangis terus, cerita dari
ibuknya. Adek saya yang di banyuwangi saja, walau hanya sakit diare saja rewel
nya buju buset dah. Nah ini penyakitnya adek dafi tergolong parah. Dia ternyata
yatim karena ayahnya meninggal kecelakaan. Innalillahi.
Sepanjang perjalanan saya mengajak bermain, bercanda dan
kami tertawa lepas. Bahagia itu sederhana kawan.. Seperti kejadian kecil ini
yang amat membuat saya bahagia, berbagi dengan anak kecil. Yahh.. saya sangat
suka anak – anak. Setelah capek bermain adek dafi mulai ngantuk dan saat salah
posisi tidur saja, pasti adek dafi merasa kesakitan dan kepala nya terasa
berat. Karena saya ndak tau bagaimana menanganinya, maka saya serahkan kembali
dek dafi ke ibunya.
Semoga Tuhan memberikan umur panjang dan kesembuhan untuk
dek dafi..
Terima kasih Tuhan atas nikmat kebersamaan sederhana ini.
#Happytravelling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar